Label

Jumat, 18 November 2011

Anda Ingin Anak Anda Kelak Menjadi Apa?


PDF Print E-mail
 
Tiga puluh tahun dari sekarang, Anda ingin anak Anda seperti apa nantinya? Jawabannya, pastilah Anda [termasuk saya] menginginkan yang terbaik untuk anak-anak kita. Namun bagaimana dengan kenyataan sehari-hari yang kita lihat sekarang ini? Bagaimana Anda memperlakukan putra-putri Anda?

SEORANG teman menuturkan pengalamannya sewaktu ia mengajar kursus bahasa Inggris pada anak-anak TK dan SD beberapa tahun yang lalu. Salah seorang muridnya saat itu tidak membawa pensil warna seperti yang sudah diminta seminggu sebelumnya. Ketika ditanya alasannya, anak tersebut dengan ringannya menjawab, “Mbak tidak masukin ke dalam tas saya”. Saat itu teman tadi hanya bisa mengelus dada dan meminta si anak untuk belajar memasukkan peralatannya sendiri ke dalam tasnya karena yang kursus bukan si mbak.

Namun ternyata hal tersebut bukan hanya terjadi di kalangan anak TK dan SD saja. Dalam suatu kesempatan berbincang-bincang dengan seorang kepala SMA swasta di Jakarta, beliau bercerita bahwa sekarang ini semakin banyak orang tua yang tergopoh-gopoh menyusulkan buku-buku ke sekolah karena pagi harinya tidak terbawa oleh si anak.

Seorang kepala SMA swasta lain bercerita saat di sekolah tersebut dilaksanakan program tinggal di desa selama seminggu. Banyak orang tua murid yang sedemikian khawatirnya dan membekali anaknya dengan berbagai hal sampai-sampai tas yang harus dibawa menjadi sangat berat. Bahkan ada orang tua yang meminta ijin untuk ikut ke desa karena khawatir anaknya tidak terurus selama di sana.

Seorang teman di bagian Sumber Daya Manusia sebuah perusahaan finansial sempat bercerita bahwa saat dilakukan test masuk bagi calon karyawan baru, banyak pelamar yang datang dengan diantar orang tuanya. Sebagai informasi, test masuk tersebut adalah untuk lulusan S1. Saat test masuk sedang berlangsung, para orang tua tersebut duduk di ruang tunggu, menunggui anaknya hingga selesai test.

Beberapa praktisi SDM di berbagai perusahaan mengatakan, prosentase kelulusan calon karyawan pada test psikologi awal mengenai tingkat kecerdasan umumnya cukup tinggi, sekitar 80%. Namun, pada tahap wawancara awal, prosentase kelulusan hanya berkisar antara 30-35%. Pada tahapan wawancara mendalam (in depth interview) yang membahas megenai sikap dan perilaku calon karyawan bahkan lebih parah lagi, hanya sekitar 10% yang bisa dinyatakan lulus. Secara keseluruhan, prosentase kelulusan hanya sekitar 2% dari total pelamar.

Mari kita kembali ke pertanyaan awal tadi. Anda ingin anak anda seperti apa nantinya? Anda ingin ia menjadi apa? Apakah anda ingin ia menjadi bagian dari 2% tersebut, berkarir dengan baik dan bahkan kemudian bisa memiliki perusahaan sendiri dan membuka lowongan pekerjaan bagi orang lain? Atau menjadi bagian dari 98% dan menjadi frustasi karena sudah menganggur tiga tahun setelah lulus?

Bagaimana peran Anda sebagai orang tua? Menilik kasus anak yang tidak membawa pensilnya di atas, apa yang dilakukan oleh orang tuanya? Tanpa sadar mungkin banyak orang tua yang melakukan hal yang sama seperti di atas; mengambil tanggung jawab dari si anak dengan alasan kasihan, menganggap anak masih terlalu kecil atau apapun alasan lainnya.

Menjadi orang tua ternyata tidak mudah. Menjadi orang tua merupakan pembelajaran seumur hidup dengan cara learning by doing yang penuh dengan trial and error. Orang tua merupakan contoh pertama, contoh utama dan contoh hidup bagi anak-anaknya. Jadi apa yang harus kita lakukan?
Seorang psiko-analisa, Erik Erikson (1904-1994) meyakini bahwa kepribadian seseorang berkembang melalui beberapa tahapan perkembangan dalam hidupnya, mulai dari bayi hingga usia lanjut. Beliau juga menyebutkan dampak dari pengalaman sosial dalam hidup seseorang. Salah satu elemen utama teori Erikson adalah perkembangan identitas ego seseorang (ego identity) dimana identitas ego tersebut akan terus berubah tergantung pada pengalaman baru serta informasi yang didapatkan dari interaksi dengan orang lain sehari-hari. Sebagai tambahan, kesadaran akan kemampuan diri juga bisa memotivasi perilaku dan tindakan seseorang. //**

Tidak ada komentar: