Minggu, 12 April 2015
Kamis, 09 April 2015
INFOSEKOLAH.NET: NEW Dapodikdas dan Dapodikmen akan Dilebur Menjadi...
INFOSEKOLAH.NET: NEW Dapodikdas dan Dapodikmen akan Dilebur Menjadi...: Infosekolah.Net - Dengan adanya Aplikasi Dapodik, ternyata membawa manfaat yang luar biasa dalam sistem pendataan dalam bidang pendidik...
Rabu, 08 April 2015
KKG RAYON 1 JARO: Dapodikdasmen Peleburan Dapodikdas dan Dapodikmen
KKG RAYON 1 JARO: Dapodikdasmen Peleburan Dapodikdas dan Dapodikmen: Dapodikdas dan Dapodikmen dua aplikasi yang berbeda saat ini pada jenjangnya. pada tingkat SD/SDLB SMP/SMPLB menggunakan data pokok pendid...
Selasa, 31 Maret 2015
6 Kebohongan yg dilakukan oleh Ibu

1. Saat makan, jika makanan kurang, Ia akan memberikan makanan itu kpd anaknya dan berkata, ”
Cptlah makan, Ibu tdk lapar.”
2. Wkt makan, Ia sllu menyisihkan ikan dan daging untuk anaknya dan berkata, “ibu tdk suka ikan, makanlah, nak..”
3. Tengah mlm saat melihat dia sdg menjahit pakaian utk mencari penghasilan bt keluarga, Ia berkata, ”
Cptlah tidur, Ibu msh blm ngantuq..”
4. Saat anak” sudah tamat dan bekerja di kota besar, mengirimkan uang untuk Ibu. Ia jg berkata, “Ibu masih pny uang.”
5. Saat anak” sdh sukses, menjemput mamanya utk tinggal di kota besar, Ia lantas berkata, “Rumah tua kita sangat nyaman, Ibu sudah terbiasa tinggal di sana.”
Saat menjelang tua, mama sakit keras, hny bs beristirahat, anak”nya akan menangis, ttp Ibu msh bs tersenyum sambil berkata, “JGN menangis, Mama tidak sakit.” Ini adl kebohongan terakhir yg dibuat Ibu.
Tidak peduli seberapa kaya kt, seberapa dewasanya kt, Ibu sllu menganggap kt anak kecil, mengkhawatirkan diri kt tp tdk prnh membiarkan kt mengkhawatirkan dirinya.
Smoga smua anak” di dunia ini bs menghargai setiap kebohongan Ibu, setiap saat jg mensyukuri kebesaran seorg Ibu.
Tdk akan ada kesuksesan tanpa adanya seorang mama di belakang kita…
Sabtu, 21 Maret 2015
6 Thobiat Luhur
1. Rukun
Kita mengatakan rukun berarti :• Tidak punya unek-unek jelek, drengki serei, Iri hati kepada sesama warga.
• Saling mengasihi, Bantu – Membantu dalam kebaikan, Tolong – Menolong, Kuat – Memperkuat dan saling Mendo’akan yang baik. Berdasarkan dalil dalam Al Qur’an:
وَقَالَ اللهُ تَعَالَى : … وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى … الأية * سورة المائدة أية ۲
“Alloh yang maha luhur berfirman : Dan Tolong – Menolonglah kalian semua atas Kebaikan dan Taqwa. [QS. Al Maidah Ayat 2]”
• Kalau bertemu sesama warga di usahakan dengan wajah yang ceria
(Sumeh/Ajrih). Berdasarkan sabda Nabi dalam hadist Shohih Al Buqori :
Kerukunan bila di pandang dari sisi lain yaitu:
Dalam hal ini sangatlah diperlukan rasa saling peduli, saling mendukung, saling melancarkan, tidak saling menjegal, tidak saling ngentai / gembosi, tidak saling menjatuhkan, tidak saling merugikan dan tidak saling memfitnah. Firman Alloh Dalam Al Qur’an :
Muzhid berarti tirakat banter, hidup hemat, gemi, setiti ati-ati tidak boros bisa mengukur antara kemauan dan kemampuan. Berdasarkan Sabda Nabi dalam Al Hadits :
حَدَّثَنَا أَبُوْ نُعَيْمٍ حَدَّثَنَا زَكَرِيَّاءُ عَنْ عَامِرٍ
قَالَ سَمِعْتُهُ يَقُوْلُ سَمِعْتُ النُّعْمَانَ بْنَ بَشِيْرٍ يَقُوْلُ
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَرَى
الْمُؤْمِنِيْنَ فِيْ تَرَاحُمِهِمْ وَتَوَادِّهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ
كَمَثَلِ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى عُضْوًا تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ جَسَدِهِ
بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى * رواه صحيح البخاري
“Nabi bersabda: Angkau (Nukman bin basyir) melihat orang-orang iman
di dalam saling menyayanginya mereka, saling menyenanginya mereka, dan
saling mengasihinya mereka, sebagai mana satu tubuh, ketika satu anggota
badannya sakit maka seluruh tubuh ikut merasakan sakit dengan tidak
bisa tidur dan demam. [HR. Shohih Al Bukhori]”
Kerukunan bila di pandang dari sisi lain yaitu:
- Menerampilkan bicara yang baik.
- Berwatak yang jujur bisa percaya dan di percaya.
- Banyak Shabarnya, Keporo ngalah, dan rebutan ngalah.
- Tidak merusak sesama warga baik dirinya, harta bendanya, hak asasinya maupun kehormatannya.
- Saling memperhatikan dan saling menjaga perasaan.
2. Kompak
Dalam semua kegiatan harus di kerjakan dengan giat, senang dan gembira.“HOLOBIS KUNTUL BARIS, SAK IYEK SAK EKO PROYO”
Berdasarkan Sabda Nabi dalam Sunan At Tirmidzi :
حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ الْخَلَّالُ غَيْرَ وَاحِدٍ
قَالُوْا حَدَّثَنَا أَبُوْ أُسَامَةَ عَنْ بُرَيْدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ
بْنِ أَبِيْ بُرْدَةَ عَنْ جَدِّهِ أَبِيْ بُرْدَةَ عَنْ أَبِيْ مُوسَى
اْلأَشْعَرِيِّ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ
بَعْضًا * رواه سنن الترمذي
“Dari Abi Musa Al Asy’ari berkata: Nabi bersabda: Orang Iman
terhadap Orang Iman yang lain Sebagai mana bangunan yang saling
memperkuat antara satu dengan yang lainnya. [HR. Sunan At Tirmidzi]”
3. Kerjasama yang baik
Kerjasama yang baik bukan berarti atau tidak sama dengan sama-sama kerja yang baik, kalau sama-sama kerja yang baik berarti ada berbagai kegiatan yang di kerjakan secara bersamaan dan kalau Kerjasama yang baik itu berarti satu kegiatan di kerjakan secara bersama- sama dan focus dalam penyelesaiannya.Dalam hal ini sangatlah diperlukan rasa saling peduli, saling mendukung, saling melancarkan, tidak saling menjegal, tidak saling ngentai / gembosi, tidak saling menjatuhkan, tidak saling merugikan dan tidak saling memfitnah. Firman Alloh Dalam Al Qur’an :
وَقَالَ اللهُ تَعَالَى : … وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ
وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ … الأية *
سورة المائداة أية ۲
“Alloh berfirman: Dan Tolong – Menolonglah kalian atas kebaikan dan
Taqwa, Dan janganlah kalian Tolong – Menolong atas dosa dan permusuhan.
[QS. Al Maidah Ayat 2]”
Termasuk lagi di dalam kerja sama yang baik haruslah saling peduli,
saling memperkuat, saling mendukung, dan saling melancarkan dalam
kegiatan apapun. Termasuk juga dalam menjaga keutuhannya kalau ada kabar
berita, isu – isu, yang menjelekkan antar sesame warga, adu domba, dan
profokasi, Maka supaya melaksanakan “Tabayun” pandai – pandai menyaring
berita, apakah berita itu benar ataukah fitnah, jangan langsung mudah
percaya, langsung menerima mentah – mentah, apalagi langsung menanggapi
dan menyiarluaskan, Sehingga membuat resah, bingung, geger, bahkan
mengarah pada perpecahan. Dan ingatlah Firman Alloh dalam Al Quran dan
Sabda Nabi dalam Al Hadist :
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آَمَنُوْا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ
فَتَبَيَّنُوْا أَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلَى
مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِيْنَ * سورة الحجرات أية ٦
“Wahai orang –orang yang beriman, seandainya datang pada kamu
sekalian orang fasek membawa berita, Maka mencarilah kejelasan (tentang
kebenaran berita itu) agar kamu sekalian tidak melakukan tindakan pada
suatu Qoum dengan kebodohan, Maka kamu sekalian menjadi orang – orang
yang menyesal atas perbuatan kamu sekalian. [QS. Al Hujurot Ayat 6]”
حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ عُمَرَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ ح وَحَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ الْحُسَيْنِ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حَفْصٍ قَالَ
حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ خُبَيْبِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ حَفْصِ
بْنِ عَاصِمٍ قَالَ إبْنُ حُسَيْنٍ فِيْ حَدِيْثِهِ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كَفَى
بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ * رواه سنن أبو
داود
“Dari Abu Hurairoh berkata: Nabi bersabda: Cukup bagi seseorang
berdosa kalau dia bercerita dengan setiap yang di dengarnya. [HR. Sunan
Abu Daud]”
وَحَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللهِ بْنُ مُعَاذٍ الْعَنْبَرِيُّ حَدَّثَنَا
أَبِيْ ح وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا عَبْدُ
الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ قَالاَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ خُبَيْبِ بْنِ
عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ حَفْصِ بْنِ عَاصِمٍ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ
بِكُلِّ مَا سَمِعَ * رواه صحيح مسلم في المقدمة
“Nabi bersabda: Cukup bagi seseorang berdusta kalau dia bercerita dengan setiap yang di dengarnya. [HR. Shihi Muslim]”
4. Jujur الصِّدِقُ
Dikatakan jujur berarti harus bisa berkata yang baik, apa adanya, tidak berdusta, dan tidak menipu. Berdasarkan dalil :
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آَمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ وَكُوْنُوْا مَعَ الصَّادِقِيْنَ * سورة التوبة ١١٩
“Alloh yang maha luhur berfirman : Wahai orang – orang yang beriman
beraqwalah kepada Alloh dan jadilah kalian bersama – sama orang yang
benar (jujur). [QS. At Taubah Ayat 119]”
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا
أَبُوْ مُعَاوِيَةَ وَوَكِيْعٌ قَالاَ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ ح
وَحَدَّثَنَا أَبُوْ كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا أَبُوْ مُعَاوِيَةَ حَدَّثَنَا
اْلأَعْمَشُ عَنْ شَقِيْقٍ عَنْ عَبْدِ اللهِ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ
يَهْدِيْ إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى الْجَنَّةِ
وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ
عِنْدَ اللهِ صِدِّيْقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ
يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ
وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ
عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا * رواه صحيح مسلم
“Nabi bersabda: tetapilah kejujuran, Maka sesungguhnya kejujuran
itu menunjukkan pada perbuatan baik dan sesungguhnya perbuatan baik itu
menunjukkan pada Surga dan tidak henti-henti seorang laki-laki berbuat
jujur dan sungguh-sungguh berusaha jujur sehingga di tulis di sisi Alloh
sebagai orang yang Ahli jujur, Dan Kamu sekalian jauhilah dusta, Maka
sesungguhnya dusta menunjukkan pada kedurhakaan dan sesungguhnya
kedurhakaan menunjukkan pada Neraka, Dan tidak henti-hentinya seorang
laki-laki berbuat dusta dan mempersungguh berbuat dusta sehingga di
tulis di sisi Alloh sebagai orang yang Ahli dusta. [HR. Shohih Muslim]”
5. Amanah اْلأَمَنَةُ
Amanah berati berate bisa di percaya dan bisa menjaga kepercayaan tersebut, tidak berkhiyanat (Tidak merusak kepercayaan) dan menyampaikan hak kepada yang berhak menerima. Berdasarkan Firman Alloh dalam Al Quran dan Sabda Nabi dalam Al Hadits :
قَالَ اللهُ تَعَالَى : إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوْا اْلأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا … الأية * سورة النساء أية ٥٨
“Alloh berfirman: Sesungguhnya Alloh memerintahkan kamu sekalian
untuk mendatangkan Amanah pada yang pemiliknya. [QS. An Nisak Ayat 58]”
قَالَ اللهُ تَعَالَى : … فَإِنْ أَمِنَ بَعْضُكُمْ بَعْضًا
فَلْيُؤَدِّ الَّذِيْ اؤْتُمِنَ أَمَانَتَهُ وَلْيَتَّقِ اللهَ رَبَّهُ …
الأية * سورة البقرة ٢٨۳
“Alloh berfirman: Maka jika sebagian kalian mempercayai sebagian
yang lain, Maka hendaklah yang di percayai itu menyampaikan amanahnya
dan hendaklah dia bertaqwa kepada Alloh sebagai Tuhannya.[QS. Al Baqoroh
Ayat 283]”
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلاَءِ وَأَحْمَدُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ
قَالاَ حَدَّثَنَا طَلْقُ بْنُ غَنَّامٍ عَنْ شَرِيْكٍ قَالَ إبْنُ
الْعَلاَءِ وَقَيْسٌ عَنْ أَبِيْ حُصَيْنٍ عَنْ أَبِيْ صَالِحٍ عَنْ أَبِيْ
هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَدِّ اْلأَمَانَةَ إِلَى مَنْ ائْتَمَنَكَ وَلاَ تَخُنْ مَنْ خَانَكَ *
رواه سنن أبو داود
“Dari Abu Hurairoh berkata: Nabi bersabda: Sampaikanlah amanah
kepada orang yang memberi kepercayaan kepadamu dan janganlah
mengkhiyanati orang yang mengkhiyanatimu. [HR. Sunan At Tirmidzi]”
6. Mujhid Muzhid الْمُجْهِدُ الْمُزْهِدُ
Mujhid berarti Nyambut gawe mempeng (kerja giat bersemangat) berhasil dan kurup.Muzhid berarti tirakat banter, hidup hemat, gemi, setiti ati-ati tidak boros bisa mengukur antara kemauan dan kemampuan. Berdasarkan Sabda Nabi dalam Al Hadits :
… قَالَ قَدْ أَفْلَحَ الْمُزْهِد … الحديث * رواه أحمد
“Nabi bersabda: Sungguh beruntung orang yang hidup hemat bekerja keras. [HR. Ahmad]”
Jumat, 20 Maret 2015
DALIL MENGAJI
1. Inna Haadzaal ‘Ilma Diinun Fandhuruu ‘Amman Ta’khudzuuna Diinakum
Yang artinya: “Sesungguhnya ilmu adalah agama, maka perhatikanlah dari siapa kamu mengambil agamamu”. (HR. Muslim, juz 1 hal 11).
2. Fa’lam Annahuu Laa Ilaaha Illaallooh(u)
Yang artinya : “ Maka ketahuilah bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak dan wajib disembah dengan sebenar-benarnya) selain Alloh…”. (QS. Muhammad, No. Surat : 47, Ayat: 19).
3. Tholabul ‘Ilmi Fariidhotun ‘Alaa Kulli Muslim(in)
Yang Artinya : “Mencari ilmu itu (hukumnya) wajib bagi setiap orang Islam”. (HR. Ibnu Majah Juz 1 Hal 81).
4. Wa Laa Taqfu Maa Laisa Laka Bihii ‘Ilm(un)
Yang artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti/mengerjakan apa yang kamu tidak mempunyai ilmu pengetahuan tentangnya…dst”. (QS. Al-Isroo’, No. Surat: 17, Ayat: 36).
5. Al-‘Ilmu Qoblal Qouli Wal ‘Amal(i)
Yang artinya: “Ilmu diperlukan sebelum berbicara dan beramal”. (HR. Bukhori Juz 1 hal 25).
6. Al-‘Ilmu Tsalaatsatun Wa Maa Siwaa Dzaalika Fahuwa Fadhlun: Aayatun Muhkamatun, Au Sunnatun Qoo-imatun, Au Fariidhotun ‘Aadilatun
Yang artinya: “Ilmu itu ada tiga, dan yang selain itu hanya lebihan saja (mak: Ilmu Bantu), (adapun ketiga ilmu itu adalah: 1. Ayat yang menghukumi, yakni Al-Qur’an, dan 2. Sunnah yang tegak, yakni Al-Hadits, dan 3. Iilmu faro’idh (tata cara membagi harta pusaka/waris) yang adil”. (HR. Abi Daud, No. Hadits: 2499).
7. Taroktu fiikum Amroini Lantadhilluu Maa Tamssaktum Bihimaa Kitaabillaahi Wasunnatin Nabiyyih(i) Shollalloohu ‘Alaihi Wasallam
Yang artinya: “Telah aku tinggalkan kepada kalian dua perkara, kalian tidak akan sesat selama berpegang teguh pada keduanya, yaitu Kitab Alloh (Al-Qur’an) dan Sunnah Nabi-Nya (Al-Hadits)”. (HR. Maalik Fii Muatho’).
8. Fa-in Tanaaza’tum fii Sya-in Farudduuhu Ilalloohi Warrosuuli Inkuntum Tu’minuuna Billaahi Walyaumil Aakhir(i)
Yang artinya: “Maka jika kamu berselisih faham/berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Alloh (Al-Qur’an) dan Rosul (Al-Hadits), jika kamu beriman dengan Alloh dan hari akhir”. (QS. An-Nisaa’, No. Surat: 4, Ayat: 59).
9. Man ‘Amila ‘Amalan Laisa ‘Alaihi Amrunaa Fahuwa Rodd(un)
Yang artinya: “Barangsiapa mengamalkan pada suatu amalan yang tidak ada (dasar) perkara (ajaran) kami atasnya, maka amalan tersebut ditolak”. (HR. Bukhori)
10. Laa Yazaalun Naasi Bikhoirin Maa Baqiyal Awwalu Hatta Yata’allamal Akhir(u), Fa-idzaa Halakal Awwalu Qobla Ayyata’allamal Akhiru Halakan Naas(i)
Yang artinya: “Manusia akan selalu dalam keadaan baik selama orang awal (generasi tua/ulama’ sepuh) masih tetap ada/hidup sehingga orang akhir (generasi muda) mau belajar (pada generasi tua tersebut), kalau orang awal telah mati sementara orang akhir belum belajar (padanya) maka (saat itulah manusia) rusak”. (HR. Thobrooni, No. Hadits 929).
11. Yaa Ayyuhan Naas(u), Innamal ‘Ilmu Bitta’allum(i), Walfiqhu Bittafaqquhi
Yang artinya: “Hai manusia, sesungguhnya ilmu bisa didapat dengan cara belajar, sedangkan kepahaman bisa didapat dengan cara berusaha paham”. (HR. Thobrooni).
12. Halaka Ummatii ‘Alaa Yaday Ughoilimatis Sufahaa-in
Yang artinya: “Umatku rusak ditangan pemuda yang bodoh”. (mak: generasi muda yang tidak memahami perkara dosa-fahala, halal-harom, manfa’at-madhorot, mahrom dan bukan mahrom, baik-buruk, dll. Menuruti hawa nafsu). (HR. Bukhori).
13. Al-Kayyisu Man Daana Nafsahu Wa ‘Amila Limaa Ba’dal Maut(i), Wal ‘Aajizu Man Atba’a Nafsahu Hawaahaa Watamanna ‘Alallooh(i)
Yang artinya: “Orang yang cerdas, ialah orang yang mengoreksi dirinya dan mengamalkan apa-apa untuk setelahnya mati, sedang orang yang lemah/bodoh ialah orang yang mengikutkan dirinya pada hawa nafsunya dan berangan-angan atas Alloh”. (HR. Tirmidzi Juz 4 Hal 638).
14. Asyaddun Naasi Hasrotan Yaumal Qiyaamati Rojulun Amkanahu Tholabul ‘Ilmi Fiddunyaa Falam Yathlubhu
Yang artinya: “Pada hari Kiamat kelak, manusia yang paling menyesal adalah seseorang yang mungkin sekali (mempunyai kesempatan) untuk mencari ilmu di dunia tapi ia tidak mau mencarinya”. (HR. Thobroni).
15. Innallooha Yubghidhu Kulla Ja’dhzoriyyin Jawwaadhzin Sakhkhoobin Fil Aswaaqi Jiifatin Billaili Himaarin Bin Nahaar(i)
Yang artinya: “Sesungguhnya Alloh murka kepada setiap orang yang keras hati lagi kasar, tukang bertengkar di pasar, membangkai di malam hari (tidur saja tidak mau sholat sunnah dan berdo’a), di siang hari seperti himar / kuda (suka pergi kemana-mana lalai ibadah), pandai di bidang duniawi, bodoh dalam urusan akherat”. (HR. Baihaqi).
16. Innahu Layastaghfiru Lil’alimi Man Fis Samaawaati Wa Man Fil Ardhi Hattal Hitaani Fil Maa-i
Yang artinya: “Bahwasannya orang yang di langit (malaikat) dan orang yang di bumi (orang-orang iman) sehingga ikan-ikan di lautan memintakan ampunan bagi orang ‘alim/berilmu”. (HR. Ibnu Majah juz 1 hal 87).
17. Idzaj Tama’al ‘Aalimu Wal ‘Aabidu ‘Alash Shiroothi, Qiila Lil ‘Aabid(i), “Udkhulil Jannata Watana’am Bi’ibaadatik(a), Waqiila Lil ‘Aalimi Qif Hunaa Fasyfa’ Liman Ahbabta Fa-innaka LaaTasyfa’u Li-ahadin Illaa Syuffi’ta Faqooma Maqoomal Anbiyaa-i
Yang artinya: “Ketika orang yang berilmu dan orang yang ahli beribadah telah berkumpul di atas jembatan shirothol mustaqiim, maka dikatakan pada orang yang ahli beribadah “Masuklah kamu ke surga dan nikmatilah (hasil) beribadahmu”, dan dikatakan pada orang yang ahli ilmu “Berhentilah disitu, lalu memberilah syafa’at pada orang yang kamu senangi! Sesungguhnya, kamu tidak mensyafa’ati seseorang kecuali pasti kamu akan disyafa’ati (artinya: setiap orang yang disyafa’atinya pasti tertolong) terus ia berdiri pada tempat berdirinya para nabi”.
18. Yarfa’illaahul Ladziina Aamanuu Minkum Wal Ladziina Uutul ‘Ilma Darojaat(in), Walloohu Bimaa Ta’maluuna Khobiir(un)
Yang artinya: “Niscaya Alloh akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu sekalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Alloh Maha waspada terhadap apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Mujaadilah, No. Surat: 58, Ayat: 11).
19. Tholabul ‘Ilmi Afdholu ‘Indalloohi Minash Sholaati Wash-shiyaami Wal Hajji Wal Jihaadi Fii Sabiilillaah(i)
Yang artinya: “Di sisi Alloh, menuntut ilmu lebih utama ketimbang sholat, puasa dan haji serta jihad/berjuang di jalan Alloh”. (HR. Ad-Dailami)
Yang artinya: “Sesungguhnya ilmu adalah agama, maka perhatikanlah dari siapa kamu mengambil agamamu”. (HR. Muslim, juz 1 hal 11).
2. Fa’lam Annahuu Laa Ilaaha Illaallooh(u)
Yang artinya : “ Maka ketahuilah bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak dan wajib disembah dengan sebenar-benarnya) selain Alloh…”. (QS. Muhammad, No. Surat : 47, Ayat: 19).
3. Tholabul ‘Ilmi Fariidhotun ‘Alaa Kulli Muslim(in)
Yang Artinya : “Mencari ilmu itu (hukumnya) wajib bagi setiap orang Islam”. (HR. Ibnu Majah Juz 1 Hal 81).
4. Wa Laa Taqfu Maa Laisa Laka Bihii ‘Ilm(un)
Yang artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti/mengerjakan apa yang kamu tidak mempunyai ilmu pengetahuan tentangnya…dst”. (QS. Al-Isroo’, No. Surat: 17, Ayat: 36).
5. Al-‘Ilmu Qoblal Qouli Wal ‘Amal(i)
Yang artinya: “Ilmu diperlukan sebelum berbicara dan beramal”. (HR. Bukhori Juz 1 hal 25).
6. Al-‘Ilmu Tsalaatsatun Wa Maa Siwaa Dzaalika Fahuwa Fadhlun: Aayatun Muhkamatun, Au Sunnatun Qoo-imatun, Au Fariidhotun ‘Aadilatun
Yang artinya: “Ilmu itu ada tiga, dan yang selain itu hanya lebihan saja (mak: Ilmu Bantu), (adapun ketiga ilmu itu adalah: 1. Ayat yang menghukumi, yakni Al-Qur’an, dan 2. Sunnah yang tegak, yakni Al-Hadits, dan 3. Iilmu faro’idh (tata cara membagi harta pusaka/waris) yang adil”. (HR. Abi Daud, No. Hadits: 2499).
7. Taroktu fiikum Amroini Lantadhilluu Maa Tamssaktum Bihimaa Kitaabillaahi Wasunnatin Nabiyyih(i) Shollalloohu ‘Alaihi Wasallam
Yang artinya: “Telah aku tinggalkan kepada kalian dua perkara, kalian tidak akan sesat selama berpegang teguh pada keduanya, yaitu Kitab Alloh (Al-Qur’an) dan Sunnah Nabi-Nya (Al-Hadits)”. (HR. Maalik Fii Muatho’).
8. Fa-in Tanaaza’tum fii Sya-in Farudduuhu Ilalloohi Warrosuuli Inkuntum Tu’minuuna Billaahi Walyaumil Aakhir(i)
Yang artinya: “Maka jika kamu berselisih faham/berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Alloh (Al-Qur’an) dan Rosul (Al-Hadits), jika kamu beriman dengan Alloh dan hari akhir”. (QS. An-Nisaa’, No. Surat: 4, Ayat: 59).
9. Man ‘Amila ‘Amalan Laisa ‘Alaihi Amrunaa Fahuwa Rodd(un)
Yang artinya: “Barangsiapa mengamalkan pada suatu amalan yang tidak ada (dasar) perkara (ajaran) kami atasnya, maka amalan tersebut ditolak”. (HR. Bukhori)
10. Laa Yazaalun Naasi Bikhoirin Maa Baqiyal Awwalu Hatta Yata’allamal Akhir(u), Fa-idzaa Halakal Awwalu Qobla Ayyata’allamal Akhiru Halakan Naas(i)
Yang artinya: “Manusia akan selalu dalam keadaan baik selama orang awal (generasi tua/ulama’ sepuh) masih tetap ada/hidup sehingga orang akhir (generasi muda) mau belajar (pada generasi tua tersebut), kalau orang awal telah mati sementara orang akhir belum belajar (padanya) maka (saat itulah manusia) rusak”. (HR. Thobrooni, No. Hadits 929).
11. Yaa Ayyuhan Naas(u), Innamal ‘Ilmu Bitta’allum(i), Walfiqhu Bittafaqquhi
Yang artinya: “Hai manusia, sesungguhnya ilmu bisa didapat dengan cara belajar, sedangkan kepahaman bisa didapat dengan cara berusaha paham”. (HR. Thobrooni).
12. Halaka Ummatii ‘Alaa Yaday Ughoilimatis Sufahaa-in
Yang artinya: “Umatku rusak ditangan pemuda yang bodoh”. (mak: generasi muda yang tidak memahami perkara dosa-fahala, halal-harom, manfa’at-madhorot, mahrom dan bukan mahrom, baik-buruk, dll. Menuruti hawa nafsu). (HR. Bukhori).
13. Al-Kayyisu Man Daana Nafsahu Wa ‘Amila Limaa Ba’dal Maut(i), Wal ‘Aajizu Man Atba’a Nafsahu Hawaahaa Watamanna ‘Alallooh(i)
Yang artinya: “Orang yang cerdas, ialah orang yang mengoreksi dirinya dan mengamalkan apa-apa untuk setelahnya mati, sedang orang yang lemah/bodoh ialah orang yang mengikutkan dirinya pada hawa nafsunya dan berangan-angan atas Alloh”. (HR. Tirmidzi Juz 4 Hal 638).
14. Asyaddun Naasi Hasrotan Yaumal Qiyaamati Rojulun Amkanahu Tholabul ‘Ilmi Fiddunyaa Falam Yathlubhu
Yang artinya: “Pada hari Kiamat kelak, manusia yang paling menyesal adalah seseorang yang mungkin sekali (mempunyai kesempatan) untuk mencari ilmu di dunia tapi ia tidak mau mencarinya”. (HR. Thobroni).
15. Innallooha Yubghidhu Kulla Ja’dhzoriyyin Jawwaadhzin Sakhkhoobin Fil Aswaaqi Jiifatin Billaili Himaarin Bin Nahaar(i)
Yang artinya: “Sesungguhnya Alloh murka kepada setiap orang yang keras hati lagi kasar, tukang bertengkar di pasar, membangkai di malam hari (tidur saja tidak mau sholat sunnah dan berdo’a), di siang hari seperti himar / kuda (suka pergi kemana-mana lalai ibadah), pandai di bidang duniawi, bodoh dalam urusan akherat”. (HR. Baihaqi).
16. Innahu Layastaghfiru Lil’alimi Man Fis Samaawaati Wa Man Fil Ardhi Hattal Hitaani Fil Maa-i
Yang artinya: “Bahwasannya orang yang di langit (malaikat) dan orang yang di bumi (orang-orang iman) sehingga ikan-ikan di lautan memintakan ampunan bagi orang ‘alim/berilmu”. (HR. Ibnu Majah juz 1 hal 87).
17. Idzaj Tama’al ‘Aalimu Wal ‘Aabidu ‘Alash Shiroothi, Qiila Lil ‘Aabid(i), “Udkhulil Jannata Watana’am Bi’ibaadatik(a), Waqiila Lil ‘Aalimi Qif Hunaa Fasyfa’ Liman Ahbabta Fa-innaka LaaTasyfa’u Li-ahadin Illaa Syuffi’ta Faqooma Maqoomal Anbiyaa-i
Yang artinya: “Ketika orang yang berilmu dan orang yang ahli beribadah telah berkumpul di atas jembatan shirothol mustaqiim, maka dikatakan pada orang yang ahli beribadah “Masuklah kamu ke surga dan nikmatilah (hasil) beribadahmu”, dan dikatakan pada orang yang ahli ilmu “Berhentilah disitu, lalu memberilah syafa’at pada orang yang kamu senangi! Sesungguhnya, kamu tidak mensyafa’ati seseorang kecuali pasti kamu akan disyafa’ati (artinya: setiap orang yang disyafa’atinya pasti tertolong) terus ia berdiri pada tempat berdirinya para nabi”.
18. Yarfa’illaahul Ladziina Aamanuu Minkum Wal Ladziina Uutul ‘Ilma Darojaat(in), Walloohu Bimaa Ta’maluuna Khobiir(un)
Yang artinya: “Niscaya Alloh akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu sekalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Alloh Maha waspada terhadap apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Mujaadilah, No. Surat: 58, Ayat: 11).
19. Tholabul ‘Ilmi Afdholu ‘Indalloohi Minash Sholaati Wash-shiyaami Wal Hajji Wal Jihaadi Fii Sabiilillaah(i)
Yang artinya: “Di sisi Alloh, menuntut ilmu lebih utama ketimbang sholat, puasa dan haji serta jihad/berjuang di jalan Alloh”. (HR. Ad-Dailami)
Kamis, 19 Maret 2015
Filosofi Angsa
<a href='http://marnosumba.blogspot.com/'>Klik Di Sini</a>Mari kita renungkan ayat berikut ini:
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُسَبِّحُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالطَّيْرُ صَافَّاتٍ كُلٌّ قَدْ عَلِمَ صَلَاتَهُ وَتَسْبِيحَهُ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِمَا يَفْعَلُونَ
“Tidakkah kamu tahu bahwasanya Allah, kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (QS. An-Nur : 41)
Mari kita tafakkuri kehidupan angsa, sebagaimana dalam pembahasan berikut.
Kalau kita tinggal di negara empat musim, maka pada musim gugur akan terlihat rombonganangsa terbang ke arah selatan untuk menghindari musim dingin. Angsa-angsa tersebut terbang dengan formasi berbentuk huruf “V”. kita akan melihat beberapa fakta ilmiah tentang mengapa rombongan angsa tersebut terbang dengan formasi “V”.
Fakta pertama
Saat setiap burung mengepakkan sayapnya, hal itu memberikan daya dukung bagi burung yang terbang tepat di belakangnya. Ini terjadi karena burung yang terbang di belakangnya tidak perlu bersusah payah untuk menembus ‘dinding udara’ di depannya. Dengan terbang dalam formasi “V”, seluruh kawanan dapat menempuh jarak terbang 71% lebih jauh dari pada kalau setiap burung terbang sendirian.
Dari fakta ini, pelajaran yang dapat kita petik untuk kehidupan berjamaah adalah: ketika kita bergerak dalam arah dan tujuan yang sama serta saling membagi dalam komunitas diantara kita, insya Allah dapat mencapai tujuan kita dengan lebih cepat dan lebih mudah. Ini terjadi karena kita menjalaninya dengan saling mendorong dan mendukung satu dengan yang lain.
Fakta kedua
Kalau seekor angsa keluar dari formasi rombongan, ia akan merasa berat dan sulit terbang sendirian. Dengan cepat ia akan kembali ke dalam formasi untuk mengambil keuntungan dari daya dukung yang diberikan burung di depannya.
Dari fakta ini, pelajaran yang dapat kita petik untuk kehidupan berjamaah adalah: kalau kita memiliki cukup logika umum seperti seekor angsa, kita akan tinggal dalam formasi dengan saudara-saudara kita yang berjalan di depan. Kita akan mau menerima bantuan dan memberikan bantuan kepada yang lainnya. Lebih sulit untuk melakukan sesuatu seorang diri dari pada melakukannya bersama-sama.
Fakta ketiga
Ketika angsa pemimpin yang terbang di depan menjadi lelah, ia terbang memutar ke belakang formasi, dan angsa lain akan terbang menggantikan posisinya.
Dari fakta ini, pelajaran yang dapat kita petik untuk kehidupan berjamaah adalah: sungguh masuk akal untuk melakukan tugas-tugas yang sulit dan penuh tuntutan secara bergantian dan memimpin secara bersama. Seperti halnya angsa, manusia saling bergantung satu dengan lainnya dalam hal kemampuan, kapasitas, dan memiliki keunikan dalam karunia, talenta, atau sumber daya lainnya.
Fakta keempat
Angsa-angsa yang terbang dalam formasi ini mengeluarkan suara riuh rendah dari belakang untuk memberikan semangat kepada angsa yang terbang di depan sehingga kecepatan terbang dapat dijaga.
Dari fakta ini, pelajaran yang dapat kita petik untuk kehidupan berjamaah adalah: kita harus memastikan bahwa suara kita akan memberikan kekuatan. Dalam kelompok yang saling menguatkan, hasil yang dicapai menjadi lebih besar. Kekuatan yang mendukung (berdiri dalam satu hati atau nilai-nilai utama dan saling menguatkan) adalah kualitas susara yang kita cari. Kita harus memastikan bahwa suara kita akan menguatkan dan bukan melemahkan.
Fakta kelima
Ketika seekor angsa menjadi sakit, terluka, atau ditembak jatuh, du angsa lain akan ikut keluar dari formasi bersama angsa tersebut dan mengikutinya terbang turun untuk membantu dan melindungi. Mereka tinggal dengan angsa yang jatuh itu sampai ia mati atau dapat terbang lagi. Setelah itu mereka akan terbang dengan kekuatan mereka sendiri atau dengan membentuk formasi lain untuk mengejar rombongan mereka.
Dari fakta ini, pelajaran yang dapat kita petik untuk kehidupan berjamaah adalah: kalau kita punya perasaan, setidaknya seperti seekor angsa, kita akan tinggal bersama sahabat dan sesama kita dalam saat-saat sulit mereka, sama seperti ketika segalanya baik.
Sungguh dalam setiap ciptaan Allah, terdapat pelajaran bagi kaum yang berfikir. Burung, sebagaimana yang Allah firmankan, juga umat seperti kita. Dan dari kehidupan mereka, kita banya mendapat pelajaran.
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلَّا أُمَمٌ أَمْثَالُكُمْ مَا فَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِنْ شَيْءٍ ثُمَّ إِلَى رَبِّهِمْ يُحْشَرُونَ
“Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah kami alpakan sesuatu dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.” (QS. Al-An’am : 38) <a href='http://http://marnosumba.blogspot.com/'>Klik Di Sini</a>
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُسَبِّحُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالطَّيْرُ صَافَّاتٍ كُلٌّ قَدْ عَلِمَ صَلَاتَهُ وَتَسْبِيحَهُ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِمَا يَفْعَلُونَ
“Tidakkah kamu tahu bahwasanya Allah, kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (QS. An-Nur : 41)
Mari kita tafakkuri kehidupan angsa, sebagaimana dalam pembahasan berikut.
Kalau kita tinggal di negara empat musim, maka pada musim gugur akan terlihat rombonganangsa terbang ke arah selatan untuk menghindari musim dingin. Angsa-angsa tersebut terbang dengan formasi berbentuk huruf “V”. kita akan melihat beberapa fakta ilmiah tentang mengapa rombongan angsa tersebut terbang dengan formasi “V”.
Fakta pertama
Saat setiap burung mengepakkan sayapnya, hal itu memberikan daya dukung bagi burung yang terbang tepat di belakangnya. Ini terjadi karena burung yang terbang di belakangnya tidak perlu bersusah payah untuk menembus ‘dinding udara’ di depannya. Dengan terbang dalam formasi “V”, seluruh kawanan dapat menempuh jarak terbang 71% lebih jauh dari pada kalau setiap burung terbang sendirian.
Dari fakta ini, pelajaran yang dapat kita petik untuk kehidupan berjamaah adalah: ketika kita bergerak dalam arah dan tujuan yang sama serta saling membagi dalam komunitas diantara kita, insya Allah dapat mencapai tujuan kita dengan lebih cepat dan lebih mudah. Ini terjadi karena kita menjalaninya dengan saling mendorong dan mendukung satu dengan yang lain.
Fakta kedua
Kalau seekor angsa keluar dari formasi rombongan, ia akan merasa berat dan sulit terbang sendirian. Dengan cepat ia akan kembali ke dalam formasi untuk mengambil keuntungan dari daya dukung yang diberikan burung di depannya.
Dari fakta ini, pelajaran yang dapat kita petik untuk kehidupan berjamaah adalah: kalau kita memiliki cukup logika umum seperti seekor angsa, kita akan tinggal dalam formasi dengan saudara-saudara kita yang berjalan di depan. Kita akan mau menerima bantuan dan memberikan bantuan kepada yang lainnya. Lebih sulit untuk melakukan sesuatu seorang diri dari pada melakukannya bersama-sama.
Fakta ketiga
Ketika angsa pemimpin yang terbang di depan menjadi lelah, ia terbang memutar ke belakang formasi, dan angsa lain akan terbang menggantikan posisinya.
Dari fakta ini, pelajaran yang dapat kita petik untuk kehidupan berjamaah adalah: sungguh masuk akal untuk melakukan tugas-tugas yang sulit dan penuh tuntutan secara bergantian dan memimpin secara bersama. Seperti halnya angsa, manusia saling bergantung satu dengan lainnya dalam hal kemampuan, kapasitas, dan memiliki keunikan dalam karunia, talenta, atau sumber daya lainnya.
Fakta keempat
Angsa-angsa yang terbang dalam formasi ini mengeluarkan suara riuh rendah dari belakang untuk memberikan semangat kepada angsa yang terbang di depan sehingga kecepatan terbang dapat dijaga.
Dari fakta ini, pelajaran yang dapat kita petik untuk kehidupan berjamaah adalah: kita harus memastikan bahwa suara kita akan memberikan kekuatan. Dalam kelompok yang saling menguatkan, hasil yang dicapai menjadi lebih besar. Kekuatan yang mendukung (berdiri dalam satu hati atau nilai-nilai utama dan saling menguatkan) adalah kualitas susara yang kita cari. Kita harus memastikan bahwa suara kita akan menguatkan dan bukan melemahkan.
Fakta kelima
Ketika seekor angsa menjadi sakit, terluka, atau ditembak jatuh, du angsa lain akan ikut keluar dari formasi bersama angsa tersebut dan mengikutinya terbang turun untuk membantu dan melindungi. Mereka tinggal dengan angsa yang jatuh itu sampai ia mati atau dapat terbang lagi. Setelah itu mereka akan terbang dengan kekuatan mereka sendiri atau dengan membentuk formasi lain untuk mengejar rombongan mereka.
Dari fakta ini, pelajaran yang dapat kita petik untuk kehidupan berjamaah adalah: kalau kita punya perasaan, setidaknya seperti seekor angsa, kita akan tinggal bersama sahabat dan sesama kita dalam saat-saat sulit mereka, sama seperti ketika segalanya baik.
Sungguh dalam setiap ciptaan Allah, terdapat pelajaran bagi kaum yang berfikir. Burung, sebagaimana yang Allah firmankan, juga umat seperti kita. Dan dari kehidupan mereka, kita banya mendapat pelajaran.
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلَّا أُمَمٌ أَمْثَالُكُمْ مَا فَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِنْ شَيْءٍ ثُمَّ إِلَى رَبِّهِمْ يُحْشَرُونَ
“Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah kami alpakan sesuatu dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.” (QS. Al-An’am : 38) <a href='http://http://marnosumba.blogspot.com/'>Klik Di Sini</a>
Rabu, 18 Maret 2015
bila Al-Quran mulai berbicara ..
Waktu engkau masih kanak-kanak………….
kau laksana kawan sejatiku
Dengan wudu’, Aku kau sentuh
dalam keadaan suci, Aku kau pegang
Aku,kau junjung dan kau pelajari
Aku engkau baca dengan suara lirih atau pun keras setiap hari
Setelah selesai engkau menciumku mesra
Sekarang engkau telah dewasa…………..
Nampaknya kau sudah tak berm…inat lagi padaku…
Apakah Aku bahan bacaan usang yang tinggal sejarah…?
Menurutmu, mungkin aku bahan bacaan yang tidak menambah pengetahuanmu
Atau, menurutmu aku hanya untuk anak kecil yang belajar mengaji…….
Sekarang, Aku tersimpan rapi sekali;
sehingga engkau lupa di mana Aku tersimpan
Aku sudah engkau anggap hanya sebagai pengisi setormu.
Kadang kala Aku dijadikan mas kawin agar engkau dianggap bertaqwa
Atau Aku kau buat penangkal untuk menakuti iblis dan syaitan
Kini Aku lebih banyak tersingkir, dibiarkan dalam kesendirian , kesepian.
Di dalam almari, di dalam laci, aku engkau pendamkan.
Dulu…pagi-pagi…surah-surah yang ada padaku engkau baca beberapa halaman.
Di waktupetang, Aku kau baca beramai-ramai bersama temanmu di surau…..
Sekarang…seawal pagi sambil minum kopi…engkau baca surat khabar dahulu
Waktu lapang engkau membaca buku karangan manusia
Sedangkan Aku yang berisi ayat-ayat yang datang dari Allah
Waktu berangkat kerja pun kadang engkau lupa baca pembuka surah2ku(Bismillah).
Di dalam perjalanan engkau lebih asyik menikmati musik duniawi
Tidak ada kaset yang berisi ayat Allah yang terdapat di dalam keretamu
Sepanjang perjalanan,radiomu selalu tertuju ke stasiun radio kesukaanmu Mengasyikkan.
Di meja kerjamu tidak ada Aku untuk kau baca sebelum kau mulai kerja
Di Komputermu pun kau putar musik favoritmu
Jarang sekali engkau putar ayat-ayatku………
E-mail temanmu yang ada ayat-ayatku pun kau abaikan
Engkau terlalu sibuk dengan urusan dunia mu
Benarlah dugaanku bahawa engkau kini sudah benar-benar hampir melupaiku
Bila malam tiba engkau tahan bersekang mata berjam-jam di depan TV.
Menonton siaran televisi
Di depan komputer berjam-jam engkau betah duduk
Hanya sekedar membaca berita murahan dan gambar sampah
Waktupun cepat berlalu………
Aku semakin kusam dalam laci-laci mu
Mengumpul debu atau mungkin dimakan hama
Seingatku, hanya awal Ramadhan engkau membacaku kembali
Itupun hanya beberapa lembar dariku.
Dengan suara dan lafadz yang tidak semerdu dulu
Engkaupun kini terangkak-rangkak ketika membacaku
Atau waktu kematian saudara atau taulan mu
Bila engkau di kubur sendirian menunggu sampai kiamat tiba
Engkau akan diperiksa oleh para malaikat suruhanNya
Apakah TV, radio ,hiburan atau komputer dapat menolong kamu?
Yang pasti ayat-ayat Allah s.w.t yang ada padaku menolong mu
Itu janji Tuhanmu, Allah s.w.t
Sekarang engkau begitu enteng membuang waktumu…
Setiap saat berlalu…
Dan akhirnya…..
kubur yang setia menunggu mu………..
Engkau pasti kembali, kembali kepada Tuhanmu
Jika Aku engkau baca selalu dan engkau hayati…
Di kuburmu nanti….
Aku akan datang sebagai pemuda gagah nan tampan.
Yang akan membantu engkau membela diri
Dalam perjalanan ke alam akhirat.
Dan Akulah “Al-Qur’an”,kitab sucimu
Yang senantiasa setia menemani dan melindungimu.
Peganglah Aku kembali.. .. bacalah aku kembali aku setiap hari.
Karena ayat-ayat yang ada padaku adalah ayat-ayat suci.
Yang berasal dari Allah Azzawajalla
Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Pemurah
Yang disampaikan oleh Jibril melalui Rasulmu
Keluarkanlah segera Aku dari almari, lacimu…….
Letakkan aku selalu di depan meja kerjamu.
Agar engkau senantiasa mengingat Tuhanmu.
Sentuhilah Aku kembali…
Baca dan pelajari lagi Aku….
Setiap datangnya pagi, petang dan malam hari walau secebis ayat
Seperti dulu…. Waktu engkau masih kecil
Di surau kecil kampungmu yang damai
Jangan aku engkau biarkan aku sendiri….
Dalam bisu dan sepi….
Maha Suci Allah, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana
kau laksana kawan sejatiku
Dengan wudu’, Aku kau sentuh
dalam keadaan suci, Aku kau pegang
Aku,kau junjung dan kau pelajari
Aku engkau baca dengan suara lirih atau pun keras setiap hari
Setelah selesai engkau menciumku mesra
Sekarang engkau telah dewasa…………..
Nampaknya kau sudah tak berm…inat lagi padaku…
Apakah Aku bahan bacaan usang yang tinggal sejarah…?
Menurutmu, mungkin aku bahan bacaan yang tidak menambah pengetahuanmu
Atau, menurutmu aku hanya untuk anak kecil yang belajar mengaji…….
Sekarang, Aku tersimpan rapi sekali;
sehingga engkau lupa di mana Aku tersimpan
Aku sudah engkau anggap hanya sebagai pengisi setormu.
Kadang kala Aku dijadikan mas kawin agar engkau dianggap bertaqwa
Atau Aku kau buat penangkal untuk menakuti iblis dan syaitan
Kini Aku lebih banyak tersingkir, dibiarkan dalam kesendirian , kesepian.
Di dalam almari, di dalam laci, aku engkau pendamkan.
Dulu…pagi-pagi…surah-surah yang ada padaku engkau baca beberapa halaman.
Di waktupetang, Aku kau baca beramai-ramai bersama temanmu di surau…..
Sekarang…seawal pagi sambil minum kopi…engkau baca surat khabar dahulu
Waktu lapang engkau membaca buku karangan manusia
Sedangkan Aku yang berisi ayat-ayat yang datang dari Allah
Waktu berangkat kerja pun kadang engkau lupa baca pembuka surah2ku(Bismillah).
Di dalam perjalanan engkau lebih asyik menikmati musik duniawi
Tidak ada kaset yang berisi ayat Allah yang terdapat di dalam keretamu
Sepanjang perjalanan,radiomu selalu tertuju ke stasiun radio kesukaanmu Mengasyikkan.
Di meja kerjamu tidak ada Aku untuk kau baca sebelum kau mulai kerja
Di Komputermu pun kau putar musik favoritmu
Jarang sekali engkau putar ayat-ayatku………
E-mail temanmu yang ada ayat-ayatku pun kau abaikan
Engkau terlalu sibuk dengan urusan dunia mu
Benarlah dugaanku bahawa engkau kini sudah benar-benar hampir melupaiku
Bila malam tiba engkau tahan bersekang mata berjam-jam di depan TV.
Menonton siaran televisi
Di depan komputer berjam-jam engkau betah duduk
Hanya sekedar membaca berita murahan dan gambar sampah
Waktupun cepat berlalu………
Aku semakin kusam dalam laci-laci mu
Mengumpul debu atau mungkin dimakan hama
Seingatku, hanya awal Ramadhan engkau membacaku kembali
Itupun hanya beberapa lembar dariku.
Dengan suara dan lafadz yang tidak semerdu dulu
Engkaupun kini terangkak-rangkak ketika membacaku
Atau waktu kematian saudara atau taulan mu
Bila engkau di kubur sendirian menunggu sampai kiamat tiba
Engkau akan diperiksa oleh para malaikat suruhanNya
Apakah TV, radio ,hiburan atau komputer dapat menolong kamu?
Yang pasti ayat-ayat Allah s.w.t yang ada padaku menolong mu
Itu janji Tuhanmu, Allah s.w.t
Sekarang engkau begitu enteng membuang waktumu…
Setiap saat berlalu…
Dan akhirnya…..
kubur yang setia menunggu mu………..
Engkau pasti kembali, kembali kepada Tuhanmu
Jika Aku engkau baca selalu dan engkau hayati…
Di kuburmu nanti….
Aku akan datang sebagai pemuda gagah nan tampan.
Yang akan membantu engkau membela diri
Dalam perjalanan ke alam akhirat.
Dan Akulah “Al-Qur’an”,kitab sucimu
Yang senantiasa setia menemani dan melindungimu.
Peganglah Aku kembali.. .. bacalah aku kembali aku setiap hari.
Karena ayat-ayat yang ada padaku adalah ayat-ayat suci.
Yang berasal dari Allah Azzawajalla
Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Pemurah
Yang disampaikan oleh Jibril melalui Rasulmu
Keluarkanlah segera Aku dari almari, lacimu…….
Letakkan aku selalu di depan meja kerjamu.
Agar engkau senantiasa mengingat Tuhanmu.
Sentuhilah Aku kembali…
Baca dan pelajari lagi Aku….
Setiap datangnya pagi, petang dan malam hari walau secebis ayat
Seperti dulu…. Waktu engkau masih kecil
Di surau kecil kampungmu yang damai
Jangan aku engkau biarkan aku sendiri….
Dalam bisu dan sepi….
Maha Suci Allah, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana
PENCARIAN DALAM ASA
Ku termenung dalam lamunan
Anganku terbuai oleh impian
Semilir angin sejuk menyapu wajahku
Udara dingin membuyarkan semua angan
Jiwaku meronta hatiku berteriak hampa tiada rasa
Kubersimpuh khusyuk dalam sujud tuk mengapai semua yang pernah hilang
Dimanakah Engkau berada……
Dalam hati kusebut Asma-Mu
disetiap doa aku memohon
Ya Rabb…..
Jangan Engkau tinggalkan aku dalam keterpurukan
dan kebimbangan.
Ku ingin mengapai Rahmat-Mu
Sentuh aku selalu dengan kasih dan sayang-Mu
Ingatkan aku bila aku khilaf dengan sentilan-Mu yang terhalus
Hindarkan aku dari murka dan azab-Mu.
Aku tahu kasih-Mu tak pernah berputus.
Jiwaku selalu merindukan
Anganku selalu mencari-Mu
Pendengaranku tak akan pernah
Bosan tuk mendengar kidung nyanyian kalam-Mu
Bibirku akan selalu terucap
Shalawat dan salam untuk kekasih-Mu
Ku tak ingin jauh lagi dari-Mu
Ku ingin slalu dalam jangkauan dan ridho-Mu
Biarkan aku merasa damai
Dalam jalan-Mu
Kupasrahkan semua jiwa raga ini
Hingga aku bersimpuh pasrah bersujud dengan ikhlas
Hanya untuk-Mu…..Amien
Alloohumma innii as’alukal hudaa wattuqoo
wal ‘afaafa wal ghinaa.
Ya Allah,sesungguhnya aku mohon petunjuk kepada-Mu
ketakwaan,kesucian diri,dan kekayaan jiwa….Amien..ya Rabbal ‘alamin.
Selasa, 17 Maret 2015
Dahsyatnya Godaan Wanita dan Dunia…
Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan kekuasaan dan hikmah-Nya yang
sempurna menjadikan dunia serta perhiasannya yang fana ini sebagai medan
ujian dan cobaan. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” (Al-Mulk: 2)
الم. أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا ءَامَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
“Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ‘Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi?” (Al-’Ankabut: 1-2)
Selanjutnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan rahmah-Nya memberitahukan kepada hamba-hamba-Nya hikmah dihadapkannya mereka kepada berbagai ujian dan cobaan itu. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
“Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (Al-’Ankabut: 3)
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullahu menyatakan dalam tafsirnya: “Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan tentang hikmah-Nya yang sempurna. Di mana sifat hikmah-Nya mengharuskan setiap orang yang mengaku beriman tidak akan dibiarkan begitu saja dengan pengakuannya. Pasti dia akan dihadapkan pada berbagai ujian dan cobaan. Bila tidak demikian, niscaya tidak bisa terbedakan antara orang yang benar dan jujur dengan orang yang dusta. Tidak bisa terbedakan pula antara orang yang berbuat kebenaran dengan orang yang berbuat kebatilan. Sudah merupakan ketentuan Allah Subhanahu wa Ta’ala, Dia menguji (manusia) dengan kelapangan dan kesempitan, kemudahan dan kesulitan, kesenangan dan kesedihan, serta kekayaan dan kemiskinan.”
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullahu menyatakan dalam tafsirnya: “(Agar terbedakan) orang-orang yang benar dalam pengakuannya dari orang-orang yang dusta dalam ucapan dan pengakuannya. Sedangkan Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha mengetahui apa yang telah terjadi, yang sedang terjadi, dan yang akan terjadi. Allah Subhanahu wa Ta’ala juga mengetahui cara terjadinya sesuatu bila hal itu terjadi. Hal ini adalah prinsip yang telah disepakati (ijma’) oleh para imam Ahlus Sunnah wal Jamaah.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala bahkan telah mengabarkan:
وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرًا
“Dan Kami jadikan sebagian kamu cobaan bagi sebagian yang lain. Maukah kamu bersabar? Dan adalah Rabbmu Maha melihat.” (Al-Furqan: 20)
Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullahu menerangkan maksud ayat di atas dalam tafsirnya: “Seorang rasul adalah ujian bagi umatnya, yang akan memisahkan orang-orang yang taat dengan orang-orang yang durhaka terhadap rasul tersebut. Maka Kami jadikan para rasul sebagai ujian dan cobaan untuk mendakwahi kaum mereka. Seorang yang kaya adalah ujian bagi yang miskin. Demikian pula sebaliknya. Orang miskin adalah ujian bagi orang kaya. Semua jenis tingkatan makhluk (merupakan ujian dan cobaan bagi yang sebaliknya) di dunia ini. Dunia yang fana ini adalah medan yang penuh ujian dan cobaan.”
Dari penjelasan Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullahu di atas, kita dapatkan faedah bahwa: seorang istri adalah ujian bagi suaminya, anak adalah ujian bagi kedua orangtuanya, pembantu adalah ujian bagi tuannya, tetangga adalah ujian bagi tetangga yang lainnya, rakyat adalah ujian bagi pemerintahnya, dan sebagainya. Begitu pula sebaliknya.
Selanjutnya, Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullahu menerangkan: “Tujuannya adalah apakah kalian mau bersabar, kemudian menegakkan berbagai perkara yang diwajibkan atas kalian, sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala akan membalas amalan kebaikan kalian. Ataukah kalian tidak mau bersabar yang dengan sebab itu kalian berhak mendapatkan kemurkaan (Allah Subhanahu wa Ta’ala) dan siksaan?! Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (Ali ‘Imran: 14)
Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitahukan bahwa kecintaan terhadap kenikmatan dan kesenangan dunia akan ditampakkan indah dan menarik di mata manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menyebutkan hal-hal ini secara khusus karena hal-hal tersebut adalah ujian yang paling dahsyat, sedangkan hal-hal lain hanyalah mengikuti. Maka, tatkala hal-hal ini ditampakkan indah dan menarik kepada mereka, disertai faktor-faktor yang menguatkannya, maka jiwa-jiwa mereka akan bergantung dengannya. Hati-hati mereka akan cenderung kepadanya.” (Taisir Al-Karimirrahman, hal. 124)
Fitnah (godaan) wanita
Betapa banyak lelaki yang menyimpang dari jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala karena godaan wanita. Betapa banyak pula seorang suami terjatuh dalam berbagai kezaliman dan kemaksiatan disebabkan istrinya. Sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala memperingatkan hamba-hamba-Nya yang beriman dengan firman-Nya:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ
“Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka.” (At-Taghabun: 14)
Al-Imam Mujahid rahimahullahu berkata: “Yakni akan menyeret orangtua atau suaminya untuk memutuskan tali silaturahim atau berbuat maksiat kepada Rabbnya, maka karena kecintaan kepadanya, suami atau orangtuanya tidak bisa kecuali menaatinya (anak atau istri tersebut).”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا فَإِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلْعٍ وَإِنَّ أَعْوَجَ مَا فِي الضِّلْعِ أَعْلَاهُ، فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيْمُهُ كَسَرْتَهُ وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ، فَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ
“Berniat dan berbuat baiklah kalian kepada para wanita. Karena seorang wanita itu diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok, dan sesungguhnya rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas. Maka apabila kamu berusaha dengan keras meluruskannya, niscaya kamu akan mematahkannya. Sedangkan bila kamu membiarkannya niscaya akan tetap bengkok. Maka berwasiatlah kalian kepada para istri (dengan wasiat yang baik).” (Muttafaqun ‘alaih dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً هِيَ أَضَرُّ عَلَى الرِّجَالِ مِنََ النِّسَاءِ
“Tidaklah aku tinggalkan setelahku fitnah (ujian/godaan) yang lebih dahsyat bagi para lelaki selain fitnah wanita.” (Muttafaqun ‘alaih dari Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhuma)
Al-Mubarakfuri rahimahullahu berkata: “(Sisi berbahayanya fitnah wanita bagi lelaki) adalah karena keumuman tabiat seorang lelaki adalah sangat mencintai wanita. Bahkan banyak terjadi perkara yang haram (zina, perselingkuhan, pacaran, dan pemerkosaan, yang dipicu [daya tarik] wanita). Bahkan banyak pula terjadi permusuhan dan peperangan disebabkan wanita. Minimalnya, wanita atau istri bisa menyebabkan seorang suami atau seorang lelaki ambisius terhadap dunia. Maka ujian apalagi yang lebih dahsyat darinya?
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyerupakan godaan wanita itu seperti setan, sebagaimana dalam hadits Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat seorang wanita. Kemudian beliau mendatangi Zainab istrinya, yang waktu itu sedang menyamak kulit hewan. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu menunaikan hajatnya (menggaulinya dalam rangka menyalurkan syahwatnya karena melihat wanita itu). Setelah itu, beliau keluar menuju para sahabat dan bersabda:
إِنَّ الْمَرْأَةَ تُقْبِلُ فِي صُورَةِ شَيْطَانٍ وَتُدْبِرُ فِي صُورَةِ شَيْطَانٍ، فَإِذَا أَبْصَرَ أَحَدُكُمُ امْرَأَةً فَلْيَأْتِ أَهْلَهُ فَإِنَّ ذَلِكَ يَرُدُّ مَا فِي نَفْسِهِ
“Sesungguhnya wanita itu datang dalam bentuk setan dan berlalu dalam bentuk setan pula. Apabila salah seorang kalian melihat seorang wanita (dan bangkit syahwatnya) maka hendaknya dia mendatangi istrinya (menggaulinya), karena hal itu akan mengembalikan apa yang ada pada dirinya (meredakan syahwatnya).” (HR. Muslim)
Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu berkata dalam Syarah Shahih Muslim (8/187): “Para ulama mengatakan, makna hadits itu adalah bahwa penampilan wanita membangkitkan syahwat dan mengajak kepada fitnah. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjadikan adanya kecenderungan atau kecintaan kepada wanita dalam hati para lelaki, merasa nikmat melihat kecantikannya berikut segala sesuatu yang terkait dengannya. Sehingga seorang wanita ada sisi keserupaan dengan setan dalam hal mengajak kepada kejelekan atau kemaksiatan melalui was-was serta ditampakkan bagus dan indahnya kemaksiatan itu kepadanya.
Dapat diambil pula faedah hukum dari hadits ini bahwa sepantasnya seorang wanita tidak keluar dari rumahnya, (berada) di antara lelaki, kecuali karena sebuah keperluan (darurat) yang mengharuskan dia keluar.
Oleh karena itulah, Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang segala sesuatu yang akan menyebabkan hamba-hamba-Nya terfitnah dengan wanita, seperti memandang, berkhalwat (berduaan dengan wanita yang bukan mahram), ikhtilath (campur-baur lelaki dan perempuan yang bukan mahram). Bahkan mendengarkan suara wanita yang bisa membangkitkan syahwat pun dilarang.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللهَ خَبِيرٌ
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya.” Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat. (An-Nur: 30)
فَلاَ تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلًا مَعْرُوفًا
“Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik.” (Al-Ahzab: 32)
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
“Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (Al-Isra’: 32)
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَا يَخْلُوَنَّ أَحَدُكُمْ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ مَعَ ذِي مَحْرَمٍ
“Janganlah salah seorang kalian berduaan dengan seorang wanita kecuali bersama mahramnya.” (Muttafaqun ‘alaih)
Dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِيَّاكُمْ وَالدُّخُولَ عَلَى النِّسَاءِ. فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ: أَفَرَأَيْتَ الْحَمْوَ؟ قَالَ: الْحَمْوُ الْمَوْتُ
“Jauhi oleh kalian masuk kepada para wanita.” Seorang lelaki Anshar bertanya: “Bagaimana pendapat anda tentang ipar?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Ipar itu berarti kebinasaan (banyak terjadi zina antara seorang lelaki dengan iparnya).” (Muttafaqun ‘alaih)
Agar hamba-hamba-Nya selamat dari godaan wanita, Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk menikah dengan wanita shalihah, yang akan saling membantu dengan dirinya untuk menyempurnakan keimanan dan ketakwaannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلَا تَنْكِحُوا الْمُشْرِكَاتِ حَتَّى يُؤْمِنَّ
“Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman.” (Al-Baqarah: 221)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ: لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِيْنِهَا، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
بِمَا يَصْنَعُونَ
“(Mereka) benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah.” (At-Taubah: 34)
Hal itu karena mereka memakan harta orang lain dengan kedok agama. Mereka mendapat keuntungan dan kedudukan di sisi umat, sebagaimana para pendeta Yahudi dan Nasrani mendapatkan hal-hal tersebut dari umatnya di masa jahiliah. Hingga ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus Rasul-Nya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka pun tetap berkeras di atas kejahatan, kesesatan, kekafiran, dan permusuhannya, disebabkan ambisi mereka terhadap kedudukan tersebut. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala memadamkan kesesatan itu dengan cahaya kenabian sekaligus menggantikan kedudukan mereka degan kehinaan serta kerendahan. Dan mereka akan kembali menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala membawa kemurkaan-Nya.”
Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam hafizhahullah berkata: “Sungguh, ambisi terhadap dunia termasuk sebab yang menimbulkan berbagai macam fitnah pada generasi pertama. Telah terdapat riwayat yang shahih dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, dalam Masa’il Al-Imam Ahmad (2/171), bahwa beliau radhiyallahu ‘anhuma berkata: Seorang dari Anshar datang kepadaku pada masa khalifah Utsman radhiyallahu ‘anhu. Dia berbicara denganku. Tiba-tiba dia menyuruhku untuk mencela Utsman radhiyallahu ‘anhu. Maka aku katakan: ‘Sungguh, demi Allah, kita tidak mengetahui bahwa Utsman membunuh suatu jiwa tanpa alasan yang benar. Dia juga tidak pernah melakukan dosa besar (zina) sedikitpun. Namun inti masalahnya adalah harta. Apabila dia memberikan harta tersebut kepadamu, niscaya engkau akan ridha. Sedangkan bila dia memberikan harta kepada saudara/kerabatnya, maka kalian marah.”
Selanjutnya, Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam hafizhahullah berkata: “Bila kalian arahkan pandangan ke tengah-tengah kaum muslimin, baik di zaman yang telah lalu maupun sekarang, niscaya engkau akan saksikan kebanyakan orang yang tergelincir dari jalan ini (al-haq) adalah karena tamak terhadap dunia dan kedudukan. Maka barangsiapa yang membuka pintu ini untuk dirinya niscaya dia akan berbolak-balik. Berubah-ubah prinsip agamanya dan akan menganggap remeh/ringan urusan agamanya. (Bidayatul Inhiraf, hal. 141)
Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullahu berkata: “Setiap orang dari kalangan orang yang berilmu yang lebih memilih dunia dan berambisi untuk mendapatkannya, pasti dia akan berdusta atas nama Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam fatwanya, dalam hukum yang dia tetapkan, berita-berita yang dia sebarkan, serta konsekuensi-konsekuensi yang dia nyatakan. Karena hukum-hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala mayoritasnya menyelisihi ambisi manusia. Lebih-lebih ambisi orang yang tamak terhadap kedudukan dan orang yang diperbudak hawa nafsunya. Ambisi mereka tidak akan bisa mereka dapatkan dengan sempurna kecuali dengan menyelisihi kebenaran dan sering menolaknya. Apabila seorang yang berilmu atau hakim berambisi terhadap jabatan dan mempertuhankan hawa nafsunya, maka ambisi tersebut tidak akan didapatkan dengan sempurna kecuali dengan menolak kebenaran…
Mereka pasti akan membuat-buat perkara yang baru dalam agama, disertai kejahatan-kejahatan dalam bermuamalah. Maka terkumpullah pada diri mereka dua perkara tersebut (kedustaan dan kejahatan).
Sungguh, mengikuti hawa nafsu itu akan membutakan hati, sehingga tidak lagi bisa membedakan antara sunnah dengan bid’ah. Bahkan bisa terbalik, dia lihat yang bid’ah sebagai sunnah dan yang sunnah sebagai bid’ah. Inilah penyakit para ulama bila mereka lebih memilih dunia dan diperbudak oleh hawa nafsunya.” (Al-Fawaid, hal 243-244)
اللَهُّمَ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ
“Ya Allah, tampakkanlah kepada kami kebenaran itu sebagai kebenaran dan karuniakanlah kami untuk mengikutinya. Dan tampakkanlah kebatilan itu sebagai kebatilan dan karuniakanlah kami untuk menjauhinya.” WaSSALAM
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” (Al-Mulk: 2)
الم. أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا ءَامَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
“Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ‘Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi?” (Al-’Ankabut: 1-2)
Selanjutnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan rahmah-Nya memberitahukan kepada hamba-hamba-Nya hikmah dihadapkannya mereka kepada berbagai ujian dan cobaan itu. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
“Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (Al-’Ankabut: 3)
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullahu menyatakan dalam tafsirnya: “Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan tentang hikmah-Nya yang sempurna. Di mana sifat hikmah-Nya mengharuskan setiap orang yang mengaku beriman tidak akan dibiarkan begitu saja dengan pengakuannya. Pasti dia akan dihadapkan pada berbagai ujian dan cobaan. Bila tidak demikian, niscaya tidak bisa terbedakan antara orang yang benar dan jujur dengan orang yang dusta. Tidak bisa terbedakan pula antara orang yang berbuat kebenaran dengan orang yang berbuat kebatilan. Sudah merupakan ketentuan Allah Subhanahu wa Ta’ala, Dia menguji (manusia) dengan kelapangan dan kesempitan, kemudahan dan kesulitan, kesenangan dan kesedihan, serta kekayaan dan kemiskinan.”
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullahu menyatakan dalam tafsirnya: “(Agar terbedakan) orang-orang yang benar dalam pengakuannya dari orang-orang yang dusta dalam ucapan dan pengakuannya. Sedangkan Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha mengetahui apa yang telah terjadi, yang sedang terjadi, dan yang akan terjadi. Allah Subhanahu wa Ta’ala juga mengetahui cara terjadinya sesuatu bila hal itu terjadi. Hal ini adalah prinsip yang telah disepakati (ijma’) oleh para imam Ahlus Sunnah wal Jamaah.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala bahkan telah mengabarkan:
وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرًا
“Dan Kami jadikan sebagian kamu cobaan bagi sebagian yang lain. Maukah kamu bersabar? Dan adalah Rabbmu Maha melihat.” (Al-Furqan: 20)
Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullahu menerangkan maksud ayat di atas dalam tafsirnya: “Seorang rasul adalah ujian bagi umatnya, yang akan memisahkan orang-orang yang taat dengan orang-orang yang durhaka terhadap rasul tersebut. Maka Kami jadikan para rasul sebagai ujian dan cobaan untuk mendakwahi kaum mereka. Seorang yang kaya adalah ujian bagi yang miskin. Demikian pula sebaliknya. Orang miskin adalah ujian bagi orang kaya. Semua jenis tingkatan makhluk (merupakan ujian dan cobaan bagi yang sebaliknya) di dunia ini. Dunia yang fana ini adalah medan yang penuh ujian dan cobaan.”
Dari penjelasan Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullahu di atas, kita dapatkan faedah bahwa: seorang istri adalah ujian bagi suaminya, anak adalah ujian bagi kedua orangtuanya, pembantu adalah ujian bagi tuannya, tetangga adalah ujian bagi tetangga yang lainnya, rakyat adalah ujian bagi pemerintahnya, dan sebagainya. Begitu pula sebaliknya.
Selanjutnya, Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullahu menerangkan: “Tujuannya adalah apakah kalian mau bersabar, kemudian menegakkan berbagai perkara yang diwajibkan atas kalian, sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala akan membalas amalan kebaikan kalian. Ataukah kalian tidak mau bersabar yang dengan sebab itu kalian berhak mendapatkan kemurkaan (Allah Subhanahu wa Ta’ala) dan siksaan?! Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (Ali ‘Imran: 14)
Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitahukan bahwa kecintaan terhadap kenikmatan dan kesenangan dunia akan ditampakkan indah dan menarik di mata manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menyebutkan hal-hal ini secara khusus karena hal-hal tersebut adalah ujian yang paling dahsyat, sedangkan hal-hal lain hanyalah mengikuti. Maka, tatkala hal-hal ini ditampakkan indah dan menarik kepada mereka, disertai faktor-faktor yang menguatkannya, maka jiwa-jiwa mereka akan bergantung dengannya. Hati-hati mereka akan cenderung kepadanya.” (Taisir Al-Karimirrahman, hal. 124)
Fitnah (godaan) wanita
Betapa banyak lelaki yang menyimpang dari jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala karena godaan wanita. Betapa banyak pula seorang suami terjatuh dalam berbagai kezaliman dan kemaksiatan disebabkan istrinya. Sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala memperingatkan hamba-hamba-Nya yang beriman dengan firman-Nya:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ
“Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka.” (At-Taghabun: 14)
Al-Imam Mujahid rahimahullahu berkata: “Yakni akan menyeret orangtua atau suaminya untuk memutuskan tali silaturahim atau berbuat maksiat kepada Rabbnya, maka karena kecintaan kepadanya, suami atau orangtuanya tidak bisa kecuali menaatinya (anak atau istri tersebut).”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا فَإِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلْعٍ وَإِنَّ أَعْوَجَ مَا فِي الضِّلْعِ أَعْلَاهُ، فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيْمُهُ كَسَرْتَهُ وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ، فَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ
“Berniat dan berbuat baiklah kalian kepada para wanita. Karena seorang wanita itu diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok, dan sesungguhnya rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas. Maka apabila kamu berusaha dengan keras meluruskannya, niscaya kamu akan mematahkannya. Sedangkan bila kamu membiarkannya niscaya akan tetap bengkok. Maka berwasiatlah kalian kepada para istri (dengan wasiat yang baik).” (Muttafaqun ‘alaih dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً هِيَ أَضَرُّ عَلَى الرِّجَالِ مِنََ النِّسَاءِ
“Tidaklah aku tinggalkan setelahku fitnah (ujian/godaan) yang lebih dahsyat bagi para lelaki selain fitnah wanita.” (Muttafaqun ‘alaih dari Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhuma)
Al-Mubarakfuri rahimahullahu berkata: “(Sisi berbahayanya fitnah wanita bagi lelaki) adalah karena keumuman tabiat seorang lelaki adalah sangat mencintai wanita. Bahkan banyak terjadi perkara yang haram (zina, perselingkuhan, pacaran, dan pemerkosaan, yang dipicu [daya tarik] wanita). Bahkan banyak pula terjadi permusuhan dan peperangan disebabkan wanita. Minimalnya, wanita atau istri bisa menyebabkan seorang suami atau seorang lelaki ambisius terhadap dunia. Maka ujian apalagi yang lebih dahsyat darinya?
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyerupakan godaan wanita itu seperti setan, sebagaimana dalam hadits Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat seorang wanita. Kemudian beliau mendatangi Zainab istrinya, yang waktu itu sedang menyamak kulit hewan. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu menunaikan hajatnya (menggaulinya dalam rangka menyalurkan syahwatnya karena melihat wanita itu). Setelah itu, beliau keluar menuju para sahabat dan bersabda:
إِنَّ الْمَرْأَةَ تُقْبِلُ فِي صُورَةِ شَيْطَانٍ وَتُدْبِرُ فِي صُورَةِ شَيْطَانٍ، فَإِذَا أَبْصَرَ أَحَدُكُمُ امْرَأَةً فَلْيَأْتِ أَهْلَهُ فَإِنَّ ذَلِكَ يَرُدُّ مَا فِي نَفْسِهِ
“Sesungguhnya wanita itu datang dalam bentuk setan dan berlalu dalam bentuk setan pula. Apabila salah seorang kalian melihat seorang wanita (dan bangkit syahwatnya) maka hendaknya dia mendatangi istrinya (menggaulinya), karena hal itu akan mengembalikan apa yang ada pada dirinya (meredakan syahwatnya).” (HR. Muslim)
Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu berkata dalam Syarah Shahih Muslim (8/187): “Para ulama mengatakan, makna hadits itu adalah bahwa penampilan wanita membangkitkan syahwat dan mengajak kepada fitnah. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjadikan adanya kecenderungan atau kecintaan kepada wanita dalam hati para lelaki, merasa nikmat melihat kecantikannya berikut segala sesuatu yang terkait dengannya. Sehingga seorang wanita ada sisi keserupaan dengan setan dalam hal mengajak kepada kejelekan atau kemaksiatan melalui was-was serta ditampakkan bagus dan indahnya kemaksiatan itu kepadanya.
Dapat diambil pula faedah hukum dari hadits ini bahwa sepantasnya seorang wanita tidak keluar dari rumahnya, (berada) di antara lelaki, kecuali karena sebuah keperluan (darurat) yang mengharuskan dia keluar.
Oleh karena itulah, Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang segala sesuatu yang akan menyebabkan hamba-hamba-Nya terfitnah dengan wanita, seperti memandang, berkhalwat (berduaan dengan wanita yang bukan mahram), ikhtilath (campur-baur lelaki dan perempuan yang bukan mahram). Bahkan mendengarkan suara wanita yang bisa membangkitkan syahwat pun dilarang.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللهَ خَبِيرٌ
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya.” Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat. (An-Nur: 30)
فَلاَ تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلًا مَعْرُوفًا
“Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik.” (Al-Ahzab: 32)
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
“Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (Al-Isra’: 32)
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَا يَخْلُوَنَّ أَحَدُكُمْ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ مَعَ ذِي مَحْرَمٍ
“Janganlah salah seorang kalian berduaan dengan seorang wanita kecuali bersama mahramnya.” (Muttafaqun ‘alaih)
Dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِيَّاكُمْ وَالدُّخُولَ عَلَى النِّسَاءِ. فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ: أَفَرَأَيْتَ الْحَمْوَ؟ قَالَ: الْحَمْوُ الْمَوْتُ
“Jauhi oleh kalian masuk kepada para wanita.” Seorang lelaki Anshar bertanya: “Bagaimana pendapat anda tentang ipar?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Ipar itu berarti kebinasaan (banyak terjadi zina antara seorang lelaki dengan iparnya).” (Muttafaqun ‘alaih)
Agar hamba-hamba-Nya selamat dari godaan wanita, Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk menikah dengan wanita shalihah, yang akan saling membantu dengan dirinya untuk menyempurnakan keimanan dan ketakwaannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلَا تَنْكِحُوا الْمُشْرِكَاتِ حَتَّى يُؤْمِنَّ
“Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman.” (Al-Baqarah: 221)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ: لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِيْنِهَا، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
بِمَا يَصْنَعُونَ
“(Mereka) benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah.” (At-Taubah: 34)
Hal itu karena mereka memakan harta orang lain dengan kedok agama. Mereka mendapat keuntungan dan kedudukan di sisi umat, sebagaimana para pendeta Yahudi dan Nasrani mendapatkan hal-hal tersebut dari umatnya di masa jahiliah. Hingga ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus Rasul-Nya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka pun tetap berkeras di atas kejahatan, kesesatan, kekafiran, dan permusuhannya, disebabkan ambisi mereka terhadap kedudukan tersebut. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala memadamkan kesesatan itu dengan cahaya kenabian sekaligus menggantikan kedudukan mereka degan kehinaan serta kerendahan. Dan mereka akan kembali menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala membawa kemurkaan-Nya.”
Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam hafizhahullah berkata: “Sungguh, ambisi terhadap dunia termasuk sebab yang menimbulkan berbagai macam fitnah pada generasi pertama. Telah terdapat riwayat yang shahih dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, dalam Masa’il Al-Imam Ahmad (2/171), bahwa beliau radhiyallahu ‘anhuma berkata: Seorang dari Anshar datang kepadaku pada masa khalifah Utsman radhiyallahu ‘anhu. Dia berbicara denganku. Tiba-tiba dia menyuruhku untuk mencela Utsman radhiyallahu ‘anhu. Maka aku katakan: ‘Sungguh, demi Allah, kita tidak mengetahui bahwa Utsman membunuh suatu jiwa tanpa alasan yang benar. Dia juga tidak pernah melakukan dosa besar (zina) sedikitpun. Namun inti masalahnya adalah harta. Apabila dia memberikan harta tersebut kepadamu, niscaya engkau akan ridha. Sedangkan bila dia memberikan harta kepada saudara/kerabatnya, maka kalian marah.”
Selanjutnya, Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam hafizhahullah berkata: “Bila kalian arahkan pandangan ke tengah-tengah kaum muslimin, baik di zaman yang telah lalu maupun sekarang, niscaya engkau akan saksikan kebanyakan orang yang tergelincir dari jalan ini (al-haq) adalah karena tamak terhadap dunia dan kedudukan. Maka barangsiapa yang membuka pintu ini untuk dirinya niscaya dia akan berbolak-balik. Berubah-ubah prinsip agamanya dan akan menganggap remeh/ringan urusan agamanya. (Bidayatul Inhiraf, hal. 141)
Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullahu berkata: “Setiap orang dari kalangan orang yang berilmu yang lebih memilih dunia dan berambisi untuk mendapatkannya, pasti dia akan berdusta atas nama Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam fatwanya, dalam hukum yang dia tetapkan, berita-berita yang dia sebarkan, serta konsekuensi-konsekuensi yang dia nyatakan. Karena hukum-hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala mayoritasnya menyelisihi ambisi manusia. Lebih-lebih ambisi orang yang tamak terhadap kedudukan dan orang yang diperbudak hawa nafsunya. Ambisi mereka tidak akan bisa mereka dapatkan dengan sempurna kecuali dengan menyelisihi kebenaran dan sering menolaknya. Apabila seorang yang berilmu atau hakim berambisi terhadap jabatan dan mempertuhankan hawa nafsunya, maka ambisi tersebut tidak akan didapatkan dengan sempurna kecuali dengan menolak kebenaran…
Mereka pasti akan membuat-buat perkara yang baru dalam agama, disertai kejahatan-kejahatan dalam bermuamalah. Maka terkumpullah pada diri mereka dua perkara tersebut (kedustaan dan kejahatan).
Sungguh, mengikuti hawa nafsu itu akan membutakan hati, sehingga tidak lagi bisa membedakan antara sunnah dengan bid’ah. Bahkan bisa terbalik, dia lihat yang bid’ah sebagai sunnah dan yang sunnah sebagai bid’ah. Inilah penyakit para ulama bila mereka lebih memilih dunia dan diperbudak oleh hawa nafsunya.” (Al-Fawaid, hal 243-244)
اللَهُّمَ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ
“Ya Allah, tampakkanlah kepada kami kebenaran itu sebagai kebenaran dan karuniakanlah kami untuk mengikutinya. Dan tampakkanlah kebatilan itu sebagai kebatilan dan karuniakanlah kami untuk menjauhinya.” WaSSALAM
Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

Kita selalu bertanya dan Al Qur’an sudah menjawabnya
1. KITA BERTANYA: MENGAPA AKU DIUJI?
QURAN MENJAWAB:
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan,”Kami telah beriman”, sedangkan mereka tidak diuji?
Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui oang-orang yg benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.”
[Surah Al-Ankabut ayat 2-3]
2. KITA BERTANYA: MENGAPA UJIAN SEBERAT INI?
QURAN MENJAWAB:
“Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya,”
[Surah Al-Baqarah ayat 286]
3. KITA BERTANYA: MENGAPA AKU TAK DAPAT APA YG AKU IDAM-IDAMKAN?
QURAN MENJAWAB:
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.”
[Surah Al-Baqarah ayat 216]
4. KITA BERTANYA: MENGAPA AKU MERASA FRUSTRASI?
QURAN MENJAWAB:
“Janganlah kamu bersikap lemah. dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orang-orang yang beriman.”
[Surah Al-Imran ayat 139]
5. KITA BERTANYA: BAGAIMANA AKU HARUS MENGHADAPINYA?
QURAN MENJAWAB:
“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan jalan sabar dan mengerjakan sholat; dan sesungguhnya shalat itu amatlah berat kecuali kepada orang-orang yang khusyu”
[Surah Al-Baqarah ayat 45]
6. KITA BERTANYA: APA YANG AKU DAPAT DARIPADA SEMUA INI?
QURAN MENJAWAB:
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri, harta mereka dengan memberikan syurga untuk mereka.
[Surah At-Taubat ayat 111]
7. KITA BERTANYA: KEPADA SIAPA AKU BERHARAP?
QURAN MENJAWAB:
‘Cukuplah Allah bagiku,tidak ada Tuhan selain dariNya. Hanya kepadaNya aku bertawakkal.”
[Surah At-Taubat ayat 129]
8. KITA BERKATA: AKU TAK TAHAN!!!!!!
QURAN MENJAWAB:
“……dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir.”
[Surah Yusuf ayat 12]
9. KITA BERTANYA: MENGAPA HATI INI TIDAK TENANG ?
QURAN MENJAWAB:
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
[Ar Ra’d ayat 28]
HASEHAT
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَلْحَمْدُ للهِ اَذْهَبَ عَنَّاالْحَذَنْ اِنَّ رَبَّنَالَغَفُوْرٌ الشَكُوْرُ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ اَمَّابَعْدُ
Pertama saya bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan beberapa kenikmatan Kepada kita semua. Baik berupa kesehatan…, kelonggaran kekayaan dan juga pol-polnya nikmat sebagai rajanya nikmat kita masih diberikan hidayah Qur’an Hadits Jama’ah ini. Kita diberikan hidayah Qur’an Hadist yang berbentuk Jama’ah merupakan suatu kenikmatan yang tak tertandingi, sebab tidak semua orang diberi oleh Allah, seperti dalam hadits Nabi :
اِنَّ اللهَ يُعْطِى الدُّنْيَا مَنْ يُّحِبُّ وَمَنْ لاَيُحِبُّ وَلاَ يُعْطِى الدِّيْنَ اِلاَّ مَنْ اَحَبَّ فَمَنْ اَعْطَاهُ اللهُ الدِّيْنَ فَقَدْ اَحَبَّهُ* رواه احمد
Sesungguhnya keduniaan diberikan oleh Allah kepada orang yang dicintai dan orang yang tidak dicintainya, dan agama hanya diberikan kepada orang yang dicintainya saja, maka barang siapa yang diberi agama oleh Allah sama halnya dicintainya (HR. Ahmad)
Jadi kita harus benar-benar bersyukur kepada Allah dijadikan orang iman, dijadikan calon ahli surga, diselamatkan dari jurang neraka, sebagaimana dalam firman Allah salam QS. Ali Imron ayat 103
…وَكُنتُمْ عَلَىَ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ سورة ال عمران 103
….dan kalian telah berada di tepi jurang neraka, dengan hidayahnya Allah menyelamatkan kalian dari api neraka. Seperti itulah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya pada kalian, agar kalian mendapat petunjuk (QS. Ali imron 103)
Maka, dari itu semua pemberian dari Allah harus kita syukuri secara ucapan dan perbuatan. Adapun ucapan kita syukuri Alhamdulillahi robbil ‘aalamin, dan perbuatan kita juga harus benar-benar mencerminkan sikap orang jama’ah, sikap orang yang beriman sesuai dengan tuntunan Allah dan Rosul dan meningkatkan amalan-amalan yang bagus.
Dan yang keduakalinya saya bersyukur pada para perantara agama yang telah mem-perjuangkan agama yang hak ini, mulai dari nabi kita Muhammad SAW yang dibantu para sahabat, kemudian diteruskan para mubaligh dan mubaligotnya.
Terutama mubaligh besar kita Bapak KH. Nurhasan Al Ubaidah Lubis yang telah membawa Qur’an Hadits Jama’ah ini dari Mekah Madinah sampai ke Negara Indonesia yang mana sekarang ini diteruskan oleh putranya yaitu Bapak H.M. Abdul Azis Sultan Aulia yang menjadi pengatur kita sekarang. Semua itu harus kita syukuri, sebab belum dikatakan syukur pada Allah sebelum bersyukur pada manusia, sebagaimana sabda Nabi :
مَنْ لَمْ يَشْكُرِ النَّاسِ لَمْ يَشْكُرِ اللهَ *رواه احمد
Barang siapa yang belum bersyukur kepada manusia sama halnya belum bersyukur kepada Allah (HR. Ahmad)
Maka dari itu kita harus bersyukur kepada beliau-beliau sebab perjuangan mereka tidak enak-nakan seperti sekarang, dulu mereka berkorban harta benda, keluarga bahkan nyawanya untuk menegakkan agama yang benar ini, dan atas jasa para perantara Agama saya syukuri dengan ucapan
اَلْحَمْدُ للهِ جَزَاهُمُ اللهُ خَيْرًا
Selanjutnya saya bersyukur pada sudara jama’ah dimana saja berada baik itu didalam negri maupun diluar negri yang sempat membaca nasehat ini saya syukuri dengan ucapan Alhamdulillah jazaahumullahu khairan, adapun yang tidak sempat membaca nasehat ini saya doakan semoga bisa tetap menetapi Qur’an Hadits Jama’ah dan diampuni oleh Allah. Dan saya ingatkan supaya kita benar-benar niat sak dermo karena Allah mengharapkan surganya Allah dan takut siksanya Allah.
يَرْجُوْنَ رَحْمَتَهُ وَيْحَوْفُوْنَ عَذَابَهُ
Sebab Allah tidak akan menerima amalan yang tidak murni muclis karena Allah
اِنَّ اللهَ لاَيَقْبَلُ مِنَ الْعَمَلِ اِلاَّ مَاكَانَ لَهُ خَالِصًا وَابْتُغِيَ بِهِ وَجَهُهُ
Sesungguhnya Allah tidak menerima suatu amalan kecuali dengan dasar murni dan mencari wajah Allah (karena Allah)
Maka dari itu supaya hatinya benar-benar di totoh jangan sampai salah niat, berubah niat atau bahkan tanpa niat.
Adapun nasehat dan ajakan saya disini sak dermo menyambung nasehat ajakan Bapak Pengatur kita satu-satunya jama’ah selalu tetap menetapi, memerlukan, dan mempersungguh Qur’an Hadits Jama’ah karena Allah sampai pol ajal matinya masing-masing.
Adapun yang dimaksud satu-satunya Jama’ah semua warga jama’ah itu wajib menetapi jama’ah jangan sampai ada yang terlewatkan. Misalnya dalam keluarga ada lima orang jama’ah semua itu wajib menetapinya, jika tidak dapat bersama ya supaya bisa bergantian/giliran yang penting ke lima-limanya itu harus bisa menetapi.
Dan Tetap itu artinya tidak berubah, tidak pindah tidak gingsir, walaupun banyak cobaan baik masalah agama maupun masalah dunia. Contoh masalah dunia digegeri, dimusuhi, difitnah dan dijatuhkan dan sebagainya. Semua itu hanyalah cobaan dari Allah untuk menguji keimanan kita. Untuk itu kita harus selalu sabar dan tetap menetapi jama’ah jangan sampai terpengaruh.
Adapun menetapi maksudnya mengerjakan/menjalankan secara terus menerus peraturan Allah, Rasul, dan Imam yang tidk maksiat. Mengarjakan kewajiban dan dapukan masing-masing, tertib dalam ibadah dan menjauhi larangan-larangan Allah serta mengerjakan perturan Allah dan Rasul.
Yang dimaksud memerlukan yaitu mengerjakan sampai berhasil/sampai mati kalau tidak masuk ya dimasuk-masukkan yang penting bisa berhasil dan terlaksana.
Sedang mempersungguh adalah lahir batin didalam jama’ah, lahirnya selalu bergaul dengan orang jama’ah berhubungan dengan orang jama’ah sehingga disaksikan lahirnya selalu dalam jama’ah, adapun batinnya selalu mendekatkan pada Allah “taqarrub ilallah selalu berdoa kepada Allah supaya ditetapkan keimanannya dan bisa menetapi sampai ajal datang. Adapun hasilnya barang siapa yang bisa menetapi Qur’an Hadits Jama’ah sampai mati wajib masuk surga
….وَمَن يُطِعِ اللّهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ….. الاية سوراة النسا13
Dan barang siapa taat Allah dan utusannya maka Allah akan memasukkan kedalam surga
وَمَن يَعْصِ اللّهَ وَرَسُولَهُ وَيَتَعَدَّ حُدُودَهُ يُدْخِلْهُ نَاراً….. الاية سوراة النسا14
Dan barang siapa yang menentang Allah dan Rasulnya serta melanggar peraturan-peraturan, maka Allah akan memasukkan kedalam neraka
Dan untuk menetapi Qur’an Hadist Jama’ah itu Bapak pengatur kita telah membuat peraturan Lima Bab dan itu tidak ngawur melainkan ada dasarnya dan pedomannya yaitu dasar Qur’an dan Hadits Nabi. Adapun perincian Lima Bab itu adalah ngaji, ngamal, mbela, sambung dan toat.
1. NGAJI
Ngaji/mencari ilmu wajib bagi kita semua orang mulai dari kecil sampai mati
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ *رواه مسلم
Mencari ilmu itu wajib bagi tiap-tiap islam (HR. Muslim)
Adapun hasil ngaji itu banyak sekali antara lain :
Menambah pengetahuan
Menghilangkan kebodohan
Mengesahkan amalan dan masih banyak lagi manfaatnya.
Dan ilmu yang wajib dicari hanya ada 3, adapun selain itu hanya keutamaan. Tiga ilmu itu adalah 1 Al-Qur’an, 2 Al-Hadits dan ke 3 ilmu pembagi waris yang adil. Dan ilmu pembagi waris boleh dicari boleh juga tidak, kalau tidak pun tidak berdosa
اَلْعِمُ ثَلاَثَةٌ وَمَاسِوَى ذَلِكَ فَهُوَ فَضْلٌ : اَيَةٌ مُحْكَمَةٌ اَوْسُنَّةٌ قَآئِمَةٌ اَوْفَرِيْضَةٌ عَادِلَةٌ رواه ابوداواد
Ilmu ada tiga selain itu lebihan yaitu : ayat yang menghukumi, Sunnah yang tegak, ilmu pembagi waris yang adil.
Ilmu itu ada tiga selain itu hanyalah keutamaan, dan yang tiga itu adalah ayat untuk menghukumi berupa Al-Qur’an, Sunnah yang tegak yaitu Al-Hadits dan juga pembagian harta waris yang adil. Al-Qur’an itu merupakan kalamnya Allah yang berisi perintah, larangan dan cerita. Perintah wajib kita laksanakan, larangan wajib kita jauhi, dan cerita wajib kita percayai. Sedangkan Hadits itu ucapan nabi, tingkah laku nabi, ikrar nabi dan juga cita-cita nabi. Dan barang siapa yang mau menetapinya maka dia akan masuk surga seperti dalam sabdanya nabi
مَنْ اَحْيَا سُنَّتِى فَقَدْ حَبَّانـِى وَمَنْ حَبَّانـِى مَعِيَ فِـى الْجَنَّةٍ
Barang siapa yang menghidupkan sunnahku maka dia sungguh senang padaku dan barang siapa yang senang berarti dia bersamaku masuk ke surga
Adapun ilmu faroid itu telah tercantum didalam Al-Qur’an dan Al-Hadits. Dan jangan sampai kita tidak mau ngaji, sebagaimana sabda nabi
Jadilah kamu orang yang alim (mubaligh/mubalighot)
Kalau tidak bisa jadilah orang yang belajar(jama’ah biasa)
Dan kalo tidak bisa, jadilah orang yang mendengarkan (bukan mubaligh/mubalighot)dan tidak bisa membaca/menulis maka jadilah mustamik)
Atau jika tidak mampu jadilah orang yang senang pada pengajian.
Dan jangan jadi orang yang kelima yaitu orang yang rugi tidak bisa mengerjakannya.
2. NGAMAL
Setelah kita mengaji dan mengetahui ilmunya ya wajib untuk kita amalkan terus-menerus sampai tutup pol ajal kita masing-masing, sebab amalan yang hisap itu adalah amalan terakhir kita.
وَعْبُدْ رَبُّكَ حِتَّى يَاْئتِيَكَ الْيِقِيْنَ
Sembalah Tuhanmu sampai datangnya mati
Jangan sampai amalan kita putus ditengah jalan. Misalnya lalu setelah dewasa/berumah tangga karena tidak kuat menghadapi cobaan kita keluar dari jama’ah, itu jangan sampai. Dan supaya kita benar-benar bisa mengamalkan apa yang kita kaji sebab sesungguhnya surga itu untuk orang yang mau beramal.
وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِى اُوْرِثْتُمُوْهَا بِمَاكُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ
Demikian itu surga diwariskan kepadamu sebab perbuatanmu/pengamalanmu
Dan jangan sampai kita mengamalkan sesuatu yang tidak ada ilmunya karena itu tidak akan diterima oleh Allah, seperti firman Allah surat bani israil ayat 36
وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولـئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً
Dan janganlah kamu mengerjakan amalan yang tidak kamu ketahui ilmunya . Sesungguh-nya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan ditanya.
Dalam pengamalan kita harus mempunyai pedoman, penertiban, peningkatan dan penggemblengan.
a. Penertiban yaitu amal ibadah kita haruslah lebih tertib dari sebelumnya, ditertibkan ngajinya, ditertibkan sholatnya, juga ditertibkan ibadah-ibadah sunnahnya dan lain-lain
b. Peningkatan yaitu semakin lama dalam jama’ah kita harus lebih meningkatkan kefahaman kita, lebih meningkatkan amalan-amalannya yang akan memasukkan kita kedalam surge.
c. Penggemblengan yaitu sebagai orang jama’ah kita digembleng untuk jadi orang yang baik, bisa hidup apa adanya, bisa nrimo ing pandom menerima segala pemberian dari Allah tidak mengerutu dan tidak terlalu ngoyo yang penting bisa ibadah jangan hanya ingin hidup mewah dan berfoya-foya. Ingatlah bahwa dunia ini hanya sementara dan yang kekal adalah diakhirat surga dan neraka itu. Dan dalam mencari surga itu ya memang berat seperti dipenjara
الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَفِرِ
Dunia itu penjaranya orang iman, dan surganya orang kafir
Maka dari itu jangan sampai terpengaruh dengan dunia
3. MEMBELA
Dalam menetapi Qur’an Hadits Jama’ah ini juga perlu pembelaan sebab agama ini merupakan benda mati, tidak bisa bergerak kalau tidak dibelani ya tidak akan bisa berkembang.
اِنْفِرُوْا خِفَافًا وَثِقَلاً وَجَاهِدُوْا بِاَمْوَالِكُمْ وَاَمْفُشِكُمْ فِـى شَبِيْلِ اللهِ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
Berangkatlah kamu dengan keadaan ringan dan berat, dan belalah agama Allah dengan harta dan dirimu, seperti itu baik bagimu jika kamu tahu.
Dalam pembelaan kita harus punya perinsip Sabar, Benar dan Berani.
Benar yaitu agama yang kita bawa dan kita perjuangkan itu harus agama yang benar.
Berani/Kendel yaitu dalam memperjuangkan agama haruslah jadi orang yang pemberani, karena jika agama dipegang oleh orang yang lacut dan curang maka agama ini tidak akan bisa berjalan dan berkembang.
Sabar/Tabah yaitu untuk memperjuangkan Qur’an Hadits Jama’ah ini perlu kesabaran dan ketabahan sebab jika tidak sabar ya mana mungkin akan bisa berkembang seperti sekarang ini Contohnya Bapak H. Nurhasan dulu jika tidak sabar menghadapi cobaan dan rintangan manamungkin kita dapat menemukan agama yang benar ini.
Dana / Modal yaitu perjuangan kita ini juga perlu dana/modal. Contohnya Bapak H.Nurhasan rela menyerahkan hartanya untuk perjuangan Qur’an Hadits Jama’ah.
Dan bila kita mati semua amalan itu akan putuskecuali ada tiga perkara yaitu:
1.Shodqoh Jariah yaitu amalan ini akan tetap mengalir walaupun kita sudah mati. Contohnya kita membangun masjid, baik shodaqoh harta, tenaga dan sebagainya.
مَنْ بَنَى مَسْجِدً فِـى الدُّنْيَا بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِـى الْجَنَّةِ
Barang siapa yang membangun masjid di duniaanya, maka Allah membangunkan untuknya rumah di surga.
Untuk itu kita harus lebih, lebih memperbanyak shodaqoh kita.
2.Ilmu yang bermanfaat yaitu ilmu yang kita pelajari dan yang dapat kita sampaikan pada orang lain serta dapat kita amalkan / praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya jadi orang mubaligh dan mubalighot
3.Anak yang sholeh dan sholeha yang selalu mendoakan kedua orang tuanya
4.SAMBUNG JAMA’AH
Sambung dan ngaji itu beda kalau ngaji bisa sewaktu-waktu kalau sambung itu adalah pada waktu yang telah ditentukan waktunya baik dikelompok, desa daerah ataupun sambung pusat. Dan sambung itu banyak manfaatnya antara lain :
1. Sebagai penyaksian imam terhadap rukyah-nya
2. Bisa cepat menyelesaikan masalah, dan masih banyak manfaat yang lain :
وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعاً وَلاَ تَفَرَّقُواْ
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu berpecah belah
Dan sabda Nabi Saw.
اْلجَمَا عَةُ رَحْمَةٌ وَلْفِرْقَةُ عَذَابٌ
Jama’ah itu rahmat (surga) dan pecah belah itu (selain jama’ah) siksa (neraka).
Jadi jama’ah itu merupakan dari Allah dan perpecahan itu merupakan adzab, siksa dari Allah
5.THOAT
Thoat ini merupakan kunci orang bisa dapat masuk surga selamat dari neraka, sebab dengan thoat tadi program diatas bisa dilaksanakan semua. Dan thoat diatas haruslah bisa dilaksanakan oleh semua jama’ah yaitu thoat Allah, Rosul dan Imam
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ….* الأية سورة النساء 59
Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah kalian pada Allah dan ta’atilah kalian pada Rasul (Nya), dan pada orang-orang yang mengatur perkara dari kalian.
Thoat Allah itu wajib, mutlak disembah dan dithoati semua perintahnya sak pol kemampuannya dan larangannya dijauhi sejauh-jauhnya. Tohat Rasul itu tidak wajib disembah tapi wajib di thoati, dan thoat imam itu selama perintahnya tidak maksiat dan bagi ibu-ibu supaya thoat pada suaminya masing-masing, bisa boso yang baik dan jangan suka memerintah pada suaminya, baik didepan orang banyak ataupun ber-hadapan sendiri. Bagi anak-anaknya supaya thoat pada orang tua
اَلْحَمْدُ للهِ اَذْهَبَ عَنَّاالْحَذَنْ اِنَّ رَبَّنَالَغَفُوْرٌ الشَكُوْرُ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ اَمَّابَعْدُ
Pertama saya bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan beberapa kenikmatan Kepada kita semua. Baik berupa kesehatan…, kelonggaran kekayaan dan juga pol-polnya nikmat sebagai rajanya nikmat kita masih diberikan hidayah Qur’an Hadits Jama’ah ini. Kita diberikan hidayah Qur’an Hadist yang berbentuk Jama’ah merupakan suatu kenikmatan yang tak tertandingi, sebab tidak semua orang diberi oleh Allah, seperti dalam hadits Nabi :
اِنَّ اللهَ يُعْطِى الدُّنْيَا مَنْ يُّحِبُّ وَمَنْ لاَيُحِبُّ وَلاَ يُعْطِى الدِّيْنَ اِلاَّ مَنْ اَحَبَّ فَمَنْ اَعْطَاهُ اللهُ الدِّيْنَ فَقَدْ اَحَبَّهُ* رواه احمد
Sesungguhnya keduniaan diberikan oleh Allah kepada orang yang dicintai dan orang yang tidak dicintainya, dan agama hanya diberikan kepada orang yang dicintainya saja, maka barang siapa yang diberi agama oleh Allah sama halnya dicintainya (HR. Ahmad)
Jadi kita harus benar-benar bersyukur kepada Allah dijadikan orang iman, dijadikan calon ahli surga, diselamatkan dari jurang neraka, sebagaimana dalam firman Allah salam QS. Ali Imron ayat 103
…وَكُنتُمْ عَلَىَ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ سورة ال عمران 103
….dan kalian telah berada di tepi jurang neraka, dengan hidayahnya Allah menyelamatkan kalian dari api neraka. Seperti itulah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya pada kalian, agar kalian mendapat petunjuk (QS. Ali imron 103)
Maka, dari itu semua pemberian dari Allah harus kita syukuri secara ucapan dan perbuatan. Adapun ucapan kita syukuri Alhamdulillahi robbil ‘aalamin, dan perbuatan kita juga harus benar-benar mencerminkan sikap orang jama’ah, sikap orang yang beriman sesuai dengan tuntunan Allah dan Rosul dan meningkatkan amalan-amalan yang bagus.
Dan yang keduakalinya saya bersyukur pada para perantara agama yang telah mem-perjuangkan agama yang hak ini, mulai dari nabi kita Muhammad SAW yang dibantu para sahabat, kemudian diteruskan para mubaligh dan mubaligotnya.
Terutama mubaligh besar kita Bapak KH. Nurhasan Al Ubaidah Lubis yang telah membawa Qur’an Hadits Jama’ah ini dari Mekah Madinah sampai ke Negara Indonesia yang mana sekarang ini diteruskan oleh putranya yaitu Bapak H.M. Abdul Azis Sultan Aulia yang menjadi pengatur kita sekarang. Semua itu harus kita syukuri, sebab belum dikatakan syukur pada Allah sebelum bersyukur pada manusia, sebagaimana sabda Nabi :
مَنْ لَمْ يَشْكُرِ النَّاسِ لَمْ يَشْكُرِ اللهَ *رواه احمد
Barang siapa yang belum bersyukur kepada manusia sama halnya belum bersyukur kepada Allah (HR. Ahmad)
Maka dari itu kita harus bersyukur kepada beliau-beliau sebab perjuangan mereka tidak enak-nakan seperti sekarang, dulu mereka berkorban harta benda, keluarga bahkan nyawanya untuk menegakkan agama yang benar ini, dan atas jasa para perantara Agama saya syukuri dengan ucapan
اَلْحَمْدُ للهِ جَزَاهُمُ اللهُ خَيْرًا
Selanjutnya saya bersyukur pada sudara jama’ah dimana saja berada baik itu didalam negri maupun diluar negri yang sempat membaca nasehat ini saya syukuri dengan ucapan Alhamdulillah jazaahumullahu khairan, adapun yang tidak sempat membaca nasehat ini saya doakan semoga bisa tetap menetapi Qur’an Hadits Jama’ah dan diampuni oleh Allah. Dan saya ingatkan supaya kita benar-benar niat sak dermo karena Allah mengharapkan surganya Allah dan takut siksanya Allah.
يَرْجُوْنَ رَحْمَتَهُ وَيْحَوْفُوْنَ عَذَابَهُ
Sebab Allah tidak akan menerima amalan yang tidak murni muclis karena Allah
اِنَّ اللهَ لاَيَقْبَلُ مِنَ الْعَمَلِ اِلاَّ مَاكَانَ لَهُ خَالِصًا وَابْتُغِيَ بِهِ وَجَهُهُ
Sesungguhnya Allah tidak menerima suatu amalan kecuali dengan dasar murni dan mencari wajah Allah (karena Allah)
Maka dari itu supaya hatinya benar-benar di totoh jangan sampai salah niat, berubah niat atau bahkan tanpa niat.
Adapun nasehat dan ajakan saya disini sak dermo menyambung nasehat ajakan Bapak Pengatur kita satu-satunya jama’ah selalu tetap menetapi, memerlukan, dan mempersungguh Qur’an Hadits Jama’ah karena Allah sampai pol ajal matinya masing-masing.
Adapun yang dimaksud satu-satunya Jama’ah semua warga jama’ah itu wajib menetapi jama’ah jangan sampai ada yang terlewatkan. Misalnya dalam keluarga ada lima orang jama’ah semua itu wajib menetapinya, jika tidak dapat bersama ya supaya bisa bergantian/giliran yang penting ke lima-limanya itu harus bisa menetapi.
Dan Tetap itu artinya tidak berubah, tidak pindah tidak gingsir, walaupun banyak cobaan baik masalah agama maupun masalah dunia. Contoh masalah dunia digegeri, dimusuhi, difitnah dan dijatuhkan dan sebagainya. Semua itu hanyalah cobaan dari Allah untuk menguji keimanan kita. Untuk itu kita harus selalu sabar dan tetap menetapi jama’ah jangan sampai terpengaruh.
Adapun menetapi maksudnya mengerjakan/menjalankan secara terus menerus peraturan Allah, Rasul, dan Imam yang tidk maksiat. Mengarjakan kewajiban dan dapukan masing-masing, tertib dalam ibadah dan menjauhi larangan-larangan Allah serta mengerjakan perturan Allah dan Rasul.
Yang dimaksud memerlukan yaitu mengerjakan sampai berhasil/sampai mati kalau tidak masuk ya dimasuk-masukkan yang penting bisa berhasil dan terlaksana.
Sedang mempersungguh adalah lahir batin didalam jama’ah, lahirnya selalu bergaul dengan orang jama’ah berhubungan dengan orang jama’ah sehingga disaksikan lahirnya selalu dalam jama’ah, adapun batinnya selalu mendekatkan pada Allah “taqarrub ilallah selalu berdoa kepada Allah supaya ditetapkan keimanannya dan bisa menetapi sampai ajal datang. Adapun hasilnya barang siapa yang bisa menetapi Qur’an Hadits Jama’ah sampai mati wajib masuk surga
….وَمَن يُطِعِ اللّهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ….. الاية سوراة النسا13
Dan barang siapa taat Allah dan utusannya maka Allah akan memasukkan kedalam surga
وَمَن يَعْصِ اللّهَ وَرَسُولَهُ وَيَتَعَدَّ حُدُودَهُ يُدْخِلْهُ نَاراً….. الاية سوراة النسا14
Dan barang siapa yang menentang Allah dan Rasulnya serta melanggar peraturan-peraturan, maka Allah akan memasukkan kedalam neraka
Dan untuk menetapi Qur’an Hadist Jama’ah itu Bapak pengatur kita telah membuat peraturan Lima Bab dan itu tidak ngawur melainkan ada dasarnya dan pedomannya yaitu dasar Qur’an dan Hadits Nabi. Adapun perincian Lima Bab itu adalah ngaji, ngamal, mbela, sambung dan toat.
1. NGAJI
Ngaji/mencari ilmu wajib bagi kita semua orang mulai dari kecil sampai mati
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ *رواه مسلم
Mencari ilmu itu wajib bagi tiap-tiap islam (HR. Muslim)
Adapun hasil ngaji itu banyak sekali antara lain :
Menambah pengetahuan
Menghilangkan kebodohan
Mengesahkan amalan dan masih banyak lagi manfaatnya.
Dan ilmu yang wajib dicari hanya ada 3, adapun selain itu hanya keutamaan. Tiga ilmu itu adalah 1 Al-Qur’an, 2 Al-Hadits dan ke 3 ilmu pembagi waris yang adil. Dan ilmu pembagi waris boleh dicari boleh juga tidak, kalau tidak pun tidak berdosa
اَلْعِمُ ثَلاَثَةٌ وَمَاسِوَى ذَلِكَ فَهُوَ فَضْلٌ : اَيَةٌ مُحْكَمَةٌ اَوْسُنَّةٌ قَآئِمَةٌ اَوْفَرِيْضَةٌ عَادِلَةٌ رواه ابوداواد
Ilmu ada tiga selain itu lebihan yaitu : ayat yang menghukumi, Sunnah yang tegak, ilmu pembagi waris yang adil.
Ilmu itu ada tiga selain itu hanyalah keutamaan, dan yang tiga itu adalah ayat untuk menghukumi berupa Al-Qur’an, Sunnah yang tegak yaitu Al-Hadits dan juga pembagian harta waris yang adil. Al-Qur’an itu merupakan kalamnya Allah yang berisi perintah, larangan dan cerita. Perintah wajib kita laksanakan, larangan wajib kita jauhi, dan cerita wajib kita percayai. Sedangkan Hadits itu ucapan nabi, tingkah laku nabi, ikrar nabi dan juga cita-cita nabi. Dan barang siapa yang mau menetapinya maka dia akan masuk surga seperti dalam sabdanya nabi
مَنْ اَحْيَا سُنَّتِى فَقَدْ حَبَّانـِى وَمَنْ حَبَّانـِى مَعِيَ فِـى الْجَنَّةٍ
Barang siapa yang menghidupkan sunnahku maka dia sungguh senang padaku dan barang siapa yang senang berarti dia bersamaku masuk ke surga
Adapun ilmu faroid itu telah tercantum didalam Al-Qur’an dan Al-Hadits. Dan jangan sampai kita tidak mau ngaji, sebagaimana sabda nabi
Jadilah kamu orang yang alim (mubaligh/mubalighot)
Kalau tidak bisa jadilah orang yang belajar(jama’ah biasa)
Dan kalo tidak bisa, jadilah orang yang mendengarkan (bukan mubaligh/mubalighot)dan tidak bisa membaca/menulis maka jadilah mustamik)
Atau jika tidak mampu jadilah orang yang senang pada pengajian.
Dan jangan jadi orang yang kelima yaitu orang yang rugi tidak bisa mengerjakannya.
2. NGAMAL
Setelah kita mengaji dan mengetahui ilmunya ya wajib untuk kita amalkan terus-menerus sampai tutup pol ajal kita masing-masing, sebab amalan yang hisap itu adalah amalan terakhir kita.
وَعْبُدْ رَبُّكَ حِتَّى يَاْئتِيَكَ الْيِقِيْنَ
Sembalah Tuhanmu sampai datangnya mati
Jangan sampai amalan kita putus ditengah jalan. Misalnya lalu setelah dewasa/berumah tangga karena tidak kuat menghadapi cobaan kita keluar dari jama’ah, itu jangan sampai. Dan supaya kita benar-benar bisa mengamalkan apa yang kita kaji sebab sesungguhnya surga itu untuk orang yang mau beramal.
وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِى اُوْرِثْتُمُوْهَا بِمَاكُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ
Demikian itu surga diwariskan kepadamu sebab perbuatanmu/pengamalanmu
Dan jangan sampai kita mengamalkan sesuatu yang tidak ada ilmunya karena itu tidak akan diterima oleh Allah, seperti firman Allah surat bani israil ayat 36
وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولـئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً
Dan janganlah kamu mengerjakan amalan yang tidak kamu ketahui ilmunya . Sesungguh-nya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan ditanya.
Dalam pengamalan kita harus mempunyai pedoman, penertiban, peningkatan dan penggemblengan.
a. Penertiban yaitu amal ibadah kita haruslah lebih tertib dari sebelumnya, ditertibkan ngajinya, ditertibkan sholatnya, juga ditertibkan ibadah-ibadah sunnahnya dan lain-lain
b. Peningkatan yaitu semakin lama dalam jama’ah kita harus lebih meningkatkan kefahaman kita, lebih meningkatkan amalan-amalannya yang akan memasukkan kita kedalam surge.
c. Penggemblengan yaitu sebagai orang jama’ah kita digembleng untuk jadi orang yang baik, bisa hidup apa adanya, bisa nrimo ing pandom menerima segala pemberian dari Allah tidak mengerutu dan tidak terlalu ngoyo yang penting bisa ibadah jangan hanya ingin hidup mewah dan berfoya-foya. Ingatlah bahwa dunia ini hanya sementara dan yang kekal adalah diakhirat surga dan neraka itu. Dan dalam mencari surga itu ya memang berat seperti dipenjara
الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَفِرِ
Dunia itu penjaranya orang iman, dan surganya orang kafir
Maka dari itu jangan sampai terpengaruh dengan dunia
3. MEMBELA
Dalam menetapi Qur’an Hadits Jama’ah ini juga perlu pembelaan sebab agama ini merupakan benda mati, tidak bisa bergerak kalau tidak dibelani ya tidak akan bisa berkembang.
اِنْفِرُوْا خِفَافًا وَثِقَلاً وَجَاهِدُوْا بِاَمْوَالِكُمْ وَاَمْفُشِكُمْ فِـى شَبِيْلِ اللهِ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
Berangkatlah kamu dengan keadaan ringan dan berat, dan belalah agama Allah dengan harta dan dirimu, seperti itu baik bagimu jika kamu tahu.
Dalam pembelaan kita harus punya perinsip Sabar, Benar dan Berani.
Benar yaitu agama yang kita bawa dan kita perjuangkan itu harus agama yang benar.
Berani/Kendel yaitu dalam memperjuangkan agama haruslah jadi orang yang pemberani, karena jika agama dipegang oleh orang yang lacut dan curang maka agama ini tidak akan bisa berjalan dan berkembang.
Sabar/Tabah yaitu untuk memperjuangkan Qur’an Hadits Jama’ah ini perlu kesabaran dan ketabahan sebab jika tidak sabar ya mana mungkin akan bisa berkembang seperti sekarang ini Contohnya Bapak H. Nurhasan dulu jika tidak sabar menghadapi cobaan dan rintangan manamungkin kita dapat menemukan agama yang benar ini.
Dana / Modal yaitu perjuangan kita ini juga perlu dana/modal. Contohnya Bapak H.Nurhasan rela menyerahkan hartanya untuk perjuangan Qur’an Hadits Jama’ah.
Dan bila kita mati semua amalan itu akan putuskecuali ada tiga perkara yaitu:
1.Shodqoh Jariah yaitu amalan ini akan tetap mengalir walaupun kita sudah mati. Contohnya kita membangun masjid, baik shodaqoh harta, tenaga dan sebagainya.
مَنْ بَنَى مَسْجِدً فِـى الدُّنْيَا بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِـى الْجَنَّةِ
Barang siapa yang membangun masjid di duniaanya, maka Allah membangunkan untuknya rumah di surga.
Untuk itu kita harus lebih, lebih memperbanyak shodaqoh kita.
2.Ilmu yang bermanfaat yaitu ilmu yang kita pelajari dan yang dapat kita sampaikan pada orang lain serta dapat kita amalkan / praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya jadi orang mubaligh dan mubalighot
3.Anak yang sholeh dan sholeha yang selalu mendoakan kedua orang tuanya
4.SAMBUNG JAMA’AH
Sambung dan ngaji itu beda kalau ngaji bisa sewaktu-waktu kalau sambung itu adalah pada waktu yang telah ditentukan waktunya baik dikelompok, desa daerah ataupun sambung pusat. Dan sambung itu banyak manfaatnya antara lain :
1. Sebagai penyaksian imam terhadap rukyah-nya
2. Bisa cepat menyelesaikan masalah, dan masih banyak manfaat yang lain :
وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعاً وَلاَ تَفَرَّقُواْ
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu berpecah belah
Dan sabda Nabi Saw.
اْلجَمَا عَةُ رَحْمَةٌ وَلْفِرْقَةُ عَذَابٌ
Jama’ah itu rahmat (surga) dan pecah belah itu (selain jama’ah) siksa (neraka).
Jadi jama’ah itu merupakan dari Allah dan perpecahan itu merupakan adzab, siksa dari Allah
5.THOAT
Thoat ini merupakan kunci orang bisa dapat masuk surga selamat dari neraka, sebab dengan thoat tadi program diatas bisa dilaksanakan semua. Dan thoat diatas haruslah bisa dilaksanakan oleh semua jama’ah yaitu thoat Allah, Rosul dan Imam
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ….* الأية سورة النساء 59
Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah kalian pada Allah dan ta’atilah kalian pada Rasul (Nya), dan pada orang-orang yang mengatur perkara dari kalian.
Thoat Allah itu wajib, mutlak disembah dan dithoati semua perintahnya sak pol kemampuannya dan larangannya dijauhi sejauh-jauhnya. Tohat Rasul itu tidak wajib disembah tapi wajib di thoati, dan thoat imam itu selama perintahnya tidak maksiat dan bagi ibu-ibu supaya thoat pada suaminya masing-masing, bisa boso yang baik dan jangan suka memerintah pada suaminya, baik didepan orang banyak ataupun ber-hadapan sendiri. Bagi anak-anaknya supaya thoat pada orang tua
Senin, 16 Maret 2015
WULLA PODDU

Wulla Poddu juga merupakan masa berburu babi hutan, dimana babi hutan yang pertama kali ditangkap biasanya dijadikan indikator hasil panen. Babi jantan, misalnya dianggap sebagai pertanda panen yang baik, sementara jika babinya menggigit orang berarti bakalan ada hama tikus.
Di bulan ini pula para pemuda yang telah akil balik menjalani proses sunatan dan selama beberapa hari diasingkan ke alam liar untuk hidup mandiri sebagai tanda kedewasaan. Puncak perayaan Wulla Poddu selalu merupakan ajang pulang kampung, semacam mudik lebaran atau natalan yang selalu ditunggu dan disambut meriah.
Ada beberapa lokasi pelaksanaan ritual Wulla Poddu di Sumba Barat diantaranya:
- Kecamatan Loli: Kampung Tambera, Kampung Bodo Maroto, Kampung Tarung setiap bulan Oktober - November;
- Kecamatan Wanokaka: Kampung Kadoku
- Kecamatan Lamboya: Kampung Sodana setiap bulan Oktober
- Kecamatan Tana Righu: Kampung Ombarade setiap bulan Desember
PASOLA
Pasola berasal dari kata "sola" atau "hola", yang berarti sejenis lembing kayu yang dipakai untuk saling melempar dari atas kuda yang sedang dipacu kencang oleh dua kelompok yang berlawanan. Setelah mendapat imbuhan `pa' (pa-sola, pa-hola), artinya menjadi permainan.
Jadi pasola atau pahola berarti permainan ketangkasan saling melempar
lembing kayu dari atas punggung kuda yang sedang dipacu kencang antara
dua kelompok yang berlawanan. Pasola merupakan bagian dari serangkaian upacara tradisional yang dilakukan oleh orang Sumba yang masih menganut agama asli yang disebut Marapu (agama lokal masyarakat sumba).[1] Permainan pasola diadakan pada empat kampung di kabupaten Sumba Barat. Keempat kampung tersebut antara lain Kodi, Lamboya, Wonokaka, dan Gaura. Pelaksanaan pasola di keempat kampung ini dilakukan secara bergiliran, yaitu antara bulan Februari hingga Maret setiap tahunnya
Pasola diawali dengan pelaksanaan adat nyale.
Adat nyale adalah salah satu upacara rasa syukur atas anugerah yang
didapatkan, yang ditandai dengan datangnya musim panen dan cacing laut yang melimpah di pinggir pantai.[3] Adat tersebut dilaksanakan pada waktu bulan purnama dan cacing-cacing laut (dalam bahasa setempat disebut nyale) keluar di tepi pantai.[3] Para Rato (pemuka suku) akan memprediksi saat nyale keluar pada pagi hari, setelah hari mulai terang.[3]
Setelah nyale pertama didapat oleh Rato, nyale dibawa ke majelis para
Rato untuk dibuktikan kebenarannya dan diteliti bentuk serta warnanya.[3] Bila nyale tersebut gemuk, sehat, dan berwarna-warni, pertanda tahun tersebut akan mendapatkan kebaikan dan panen yang berhasil.[3] Sebaliknya, bila nyale kurus dan rapuh, akan didapatkan malapetaka.[3] Setelah itu penangkapan nyale baru boleh dilakukan oleh masyarakat.[3] Tanpa mendapatkan nyale, Pasola tidak dapat dilaksanakan.[3] Pasola dilaksanakan di bentangan padang luas, disaksikan oleh segenap warga dari kedua kelompok yang bertanding, masyarakat umum, dan wisatawan asing maupun lokal.[1] Setiap kelompok terdiri atas lebih dari 100 pemuda bersenjatakan tombak yang dibuat dari kayu berujung tumpul dan berdiameter kira-kira 1,5 cm.[1] Walaupun berujung tumpul, permainan ini dapat memakan korban jiwa.[1] Kalau ada korban dalam pasola, menurut kepercayaan Marapu, korban tersebut mendapat hukuman dari para dewa karena telah telah melakukan suatu pelanggaran atau kesalahan.[1] Dalam permainan pasola, penonton dapat melihat secara langsung dua kelompok ksatria sumba yang sedang berhadap-hadapan, kemudian memacu kuda secara lincah sambil melesetkan lembing ke arah lawan.[4] Selain itu, para peserta pasola ini juga sangat tangkas menghindari terjangan tongkat yang dilempar oleh lawan.[4] Derap kaki kuda yang menggemuruh di tanah lapang, suara ringkikan kuda, dan teriakan garang penunggangnya menjadi musik alami yang mengiringi permainan ini.[4] Pekikan para penonton perempuan yang menyemangati para peserta pasola, menambah suasana menjadi tegang dan menantang.[4] Pada saat pelaksanaan pasola, darah yang tercucur dianggap berkhasiat untuk kesuburan tanah dan kesuksesan panen.[5]
Apabila terjadi kematian dalam permainan pasola, maka hal itu
menandakan sebelumnya telah terjadi pelanggaran norma adat yang
dilakukan oleh warga pada tempat pelaksanaan pasola.[5]
Sejarah
Menurut cerita rakyat Sumba, pasola berawal dari seorang janda cantik bernama Rabu Kaba di Kampung Waiwuang. Rabu Kaba mempunyai seorang suami yang bernama Umbu Amahu, salah satu pemimpin di kampung Waiwuang. Selain Umbu Amahu, ada dua orang pemimpin lainnya yang bernama Ngongo Tau Masusu dan Bayang Amahu.[2] Suatu saat, ketiga pemimpin ini memberitahu warga Waiwuang bahwa mereka akan melaut.[2] Tapi, mereka pergi ke selatan pantai Sumba Timur untuk mengambil padi.[2] Warga menanti tiga orang pemimpin tersebut dalam waktu yang lama, namun mereka belum pulang juga ke kampungnya.[2] Warga menyangka ketiga pemimpin mereka telah meninggal dunia, sehingga warga pun mengadakan perkabungan.[2] Dalam kedukaan itu, janda cantik dari almarhum Umbu Dula, Rabu Kaba terjerat asmara dengan Teda Gaiparona yang berasal dari Kampung Kodi.[2] Namun keluarga dari Rabu Kaba dan Teda Gaiparona tidak menyetujui perkawinan mereka, sehingga mereka mengadakan kawin lari.[2] Teda Gaiparona membawa janda tersebut ke kampung halamannya.[2] Beberapa waktu berselang, ketiga pemimpin warga Waiwuang (Ngongo Tau Masusu, Bayang Amahu dan Umbu Amahu) yang sebelumnya telah dianggap meninggal, muncul kembali di kampung halamannya.[2] Umbu Amahu mencari isterinya yang telah dibawa oleh Teda Gaiparono.[2] Walaupun berhasil ditemukan warga Waiwuang, Rabu Kaba yang telah memendam asmara dengan Teda Gaiparona tidak ingin kembali.[2] Kemudian Rabu Kaba meminta pertanggungjawaban Teda Gaiparona untuk mengganti belis yang diterima dari keluarga Umbu Dulla.[2] Belis merupakan banyaknya nilai penghargaan pihak pengambil isteri kepada calon isterinya, seperti pemberian kuda, sapi,kerbau, dan barang-barang berharga lainnya.[2] Teda Gaiparona lalu menyanggupinya dan membayar belis pengganti.[2] Setelah seluruh belis dilunasi diadakanlah upacara perkawinan pasangan Rabu Kaba dengan Teda Gaiparona.[2] Pada akhir pesta pernikahan, keluarga Umbu Dulla berpesan kepada warga Waiwuang agar mengadakan pesta nyale dalam wujud pasola untuk melupakan kesedihan mereka karena kehilangan janda cantik, Rabu Kaba.[2]
Tradisi nyale merupakan puncak dari segala kegiatan untuk memulai pasola.
Manfaat
Pasola tidak sekadar menjadi bentuk keramaian, tetapi menjadi salah satu bentuk pengabdian dan aklamasi ketaatan kepada sang leluhur.[6] Pasola merupakan kultur religius yang mengungkapkan inti religiositas agama Marapu.[6] Pasola menjadi perekat jalinan persaudaraan antara dua kelompok yang turut dalam pasola dan bagi masyarakat umum.[5] Pasola menggambarkan rasa syukur dan ekspresi kegembiraan masyarakat setempat, karena hasil panen yang melimpah.[7] Pasola dapat dijadikan tonggak kemajuan pariwisata Sumba, karena atraksi budaya ini sudah diketahui banyak wisatawan mancanegara.[7] Hal ini terlihat dalam setiap acara pasola selalu ada turis asing yang datang.[7] Warisan budaya ini merupakan aset untuk meningkatkan pendapatan asli daerah.[7]Kamis, 12 Maret 2015
Resep Anti Galau
DZIKIR
Ada satu firman Alloh dalam surah ar-Ro’d ayat 28 yang berbunyi:

“(yaitu) orang-orang beriman yang hati mereka tenteram dengan dzikir pada Alloh. Ketahuilah bahwa dengan dzikir pada Alloh hati akan merasa tenteram”.
Dari ayat ini kita mestinya bisa mawas diri bahwa kalau kita sering galau, bisa jadi karena kita kurang dzikir. Karena bagi yang sudah membiasakan dzikir, Alloh menjanjikan baginya ketenteraman hati alias tidak galau.
ISTIGFAR
Apa yang harus kita baca? Memang banyak macam kalimat dzikir yang bisa kita baca, diantaranya adalah istigfar.
Salah satu sabda Rasululloh SAW dalam hal keutamaan istigfar adalah: “Barangsiapa yang membiasakan membaca istigfar maka Alloh akan:
• memberinya jalan keluar dari setiap problema hidup yang dia hadapi,
• memberinya kemudahan dari segala kesulitan hidupnya,
• memberinya rejeki dari sumber atau arah yang dia tidak duga sebelumnya”.(HR Ibnu Majah).
Jadi hikmah dari istigfar pun, selain sebagai penghapus dosa, juga adalah sebagai penghilang galau.
TAHLIL dan TASBIH
Di surah al-Anbiya’ ayat 87 – 88 Alloh menceritakan:

“dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Nabi Yunus), ketika ia pergi sambil marah-marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka ia menyeru dalam kegelapan [*]: “Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha suci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim”.

“Maka Kami mengabulkan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan, dan seperti itulah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman.”
[*] Yang dimaksud dengan “dalam kegelapan” ialah di dalam perut ikan, di dalam laut dan di malam hari.
Maka kita pun bisa membaca tahlil dan tasbihnya Nabi Yunus ini untuk menghilangkan kegalauan: “Laa ilaaha illaa anta subhaanaka innii kuntu minazh-zhaalimiin”.
ISTIQOMAH
Di dalam surah Fushshilat ayat 30 – 31 Alloh berfirman:

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan “Tuhan Kami adalah Allah” kemudian mereka istiqomah, maka para malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan “Janganlah kalian takut dan janganlah merasa sedih; dan gembiralah dengan sorga yang telah dijanjikan pada kalian”.

Kamilah (Alloh) kekasih pelindung kalian dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kalian akan memperoleh apa yang kalian inginkan dan bagi kalian di dalamnya apa yang kalian minta.
Sikap istiqomah, teguh pendirian, konsekwen dan konsisten, “tetap menetapi” peraturan-peraturan Alloh,mestinya membawa kita pada kehidupan yang gembira dan tidak galau. Apalagi Alloh menjadi kekasih pelindung kita. Bukankah tidak ada yang lebih baik dari pada itu?
TAHMID
Rasulullah SAW pernah menyabdakan: “Aku kagum dengan sikap orang beriman terhadap ketentuan Alloh. Jika Alloh menentukan nikmat, maka dia bertahmid dan bersyukur; jika Alloh memberinya musibah, dia bertahmid dan bersabar. Berarti dia mendapat kebaikan dari setia keadaan”. (HR Ahmad bin Hanbal).
Kalau kita memahami hikmah dari tahmid (membaca “Alhamdu lillaah”) sambil syukur dan sabar maka mestinya hidup kita tidak jadi galau dong, karena hidup kita akan selalu diisi oleh Alloh dengan kebaikan.
PERCAYA ADANYA TAKDIR
Tegaknya iman kita dengan percaya pada rukun iman yang enam. Rukun iman yang ke-enam adalah percaya adanya takdir. Tidak percaya dengan adanya takdir bisa membuat seseorang menjadi kufur. Dan Rasululloh SAW menyabdakan: “Beriman pada takdir bisa menghilangkan kesusahan besar maupun kesusahan kecil”. (HR al-Hakim).
Atau sebagaimana nasehat seorang shahabat Nabi yang bernama ‘Ubadah bin Shamit: “Engkau tidak akan merasakan manisnya iman sampai engkau yakin bahwa apa yang telah ditakdirkan untukmu itu tidak akan luputdarimu dan apa yang tidak ditakdirkan untukmu maka tidak akan terjadi padamu”. (HR Abu Dawud).
BERPRASANGKA BAIK DAN SABAR
Dalam suatu hadits qudsi Alloh berfirman: “Aku berada pada persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku”. (HR Muslim). Dalam memilih antara berprasangka jelek (su-uzhzhon) dan berprasangka baik (husnuzhzhon) maka akal sehat akan membawa kita pada husnuzhzhon. Hadapilah hidup ini dengan optimistis, jangan selalu pesimistis karena akan membuat hidup kita jadi galau.
Ibarat kalau sekarang ini musim kemarau, buat apa kita selalu galau mengkhawatirkan jangan-jangan rumah kita kebanjiran. Kalaupun mau galau, jangan hanya sekedar galau tanpa usaha nyata, tapi lebih baik kita bikin tanggul atau kita tinggikan lantai rumah kita. Kalaupun musim hujan datang dan ternyata rumah kita masih kebanjiran juga, berarti kita harus putar otak lagi mencari jalan lain. Karena pada hakekatnya orang sabar itu bukan orang yang pasif menyerah pada takdir, tapi orang sabar itu adalah orang yang menghadapi hidup dengan penuh taktik dan strategi, sebagaimana digambarkan dalam surah al-Anfal ayat 66:

“Sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan Dia tahu bahwa padamu ada kelemahan, maka jika ada diantaramu seratus orang yang sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus musuh; dan jika diantaramu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ribu musuh dengan seizin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar”.
Ada satu firman Alloh dalam surah ar-Ro’d ayat 28 yang berbunyi:

“(yaitu) orang-orang beriman yang hati mereka tenteram dengan dzikir pada Alloh. Ketahuilah bahwa dengan dzikir pada Alloh hati akan merasa tenteram”.
Dari ayat ini kita mestinya bisa mawas diri bahwa kalau kita sering galau, bisa jadi karena kita kurang dzikir. Karena bagi yang sudah membiasakan dzikir, Alloh menjanjikan baginya ketenteraman hati alias tidak galau.
ISTIGFAR
Apa yang harus kita baca? Memang banyak macam kalimat dzikir yang bisa kita baca, diantaranya adalah istigfar.
Salah satu sabda Rasululloh SAW dalam hal keutamaan istigfar adalah: “Barangsiapa yang membiasakan membaca istigfar maka Alloh akan:
• memberinya jalan keluar dari setiap problema hidup yang dia hadapi,
• memberinya kemudahan dari segala kesulitan hidupnya,
• memberinya rejeki dari sumber atau arah yang dia tidak duga sebelumnya”.(HR Ibnu Majah).
Jadi hikmah dari istigfar pun, selain sebagai penghapus dosa, juga adalah sebagai penghilang galau.
TAHLIL dan TASBIH
Di surah al-Anbiya’ ayat 87 – 88 Alloh menceritakan:

“dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Nabi Yunus), ketika ia pergi sambil marah-marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka ia menyeru dalam kegelapan [*]: “Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha suci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim”.

“Maka Kami mengabulkan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan, dan seperti itulah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman.”
[*] Yang dimaksud dengan “dalam kegelapan” ialah di dalam perut ikan, di dalam laut dan di malam hari.
Maka kita pun bisa membaca tahlil dan tasbihnya Nabi Yunus ini untuk menghilangkan kegalauan: “Laa ilaaha illaa anta subhaanaka innii kuntu minazh-zhaalimiin”.
ISTIQOMAH
Di dalam surah Fushshilat ayat 30 – 31 Alloh berfirman:

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan “Tuhan Kami adalah Allah” kemudian mereka istiqomah, maka para malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan “Janganlah kalian takut dan janganlah merasa sedih; dan gembiralah dengan sorga yang telah dijanjikan pada kalian”.

Kamilah (Alloh) kekasih pelindung kalian dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kalian akan memperoleh apa yang kalian inginkan dan bagi kalian di dalamnya apa yang kalian minta.
Sikap istiqomah, teguh pendirian, konsekwen dan konsisten, “tetap menetapi” peraturan-peraturan Alloh,mestinya membawa kita pada kehidupan yang gembira dan tidak galau. Apalagi Alloh menjadi kekasih pelindung kita. Bukankah tidak ada yang lebih baik dari pada itu?
TAHMID
Rasulullah SAW pernah menyabdakan: “Aku kagum dengan sikap orang beriman terhadap ketentuan Alloh. Jika Alloh menentukan nikmat, maka dia bertahmid dan bersyukur; jika Alloh memberinya musibah, dia bertahmid dan bersabar. Berarti dia mendapat kebaikan dari setia keadaan”. (HR Ahmad bin Hanbal).
Kalau kita memahami hikmah dari tahmid (membaca “Alhamdu lillaah”) sambil syukur dan sabar maka mestinya hidup kita tidak jadi galau dong, karena hidup kita akan selalu diisi oleh Alloh dengan kebaikan.
PERCAYA ADANYA TAKDIR
Tegaknya iman kita dengan percaya pada rukun iman yang enam. Rukun iman yang ke-enam adalah percaya adanya takdir. Tidak percaya dengan adanya takdir bisa membuat seseorang menjadi kufur. Dan Rasululloh SAW menyabdakan: “Beriman pada takdir bisa menghilangkan kesusahan besar maupun kesusahan kecil”. (HR al-Hakim).
Atau sebagaimana nasehat seorang shahabat Nabi yang bernama ‘Ubadah bin Shamit: “Engkau tidak akan merasakan manisnya iman sampai engkau yakin bahwa apa yang telah ditakdirkan untukmu itu tidak akan luputdarimu dan apa yang tidak ditakdirkan untukmu maka tidak akan terjadi padamu”. (HR Abu Dawud).
BERPRASANGKA BAIK DAN SABAR
Dalam suatu hadits qudsi Alloh berfirman: “Aku berada pada persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku”. (HR Muslim). Dalam memilih antara berprasangka jelek (su-uzhzhon) dan berprasangka baik (husnuzhzhon) maka akal sehat akan membawa kita pada husnuzhzhon. Hadapilah hidup ini dengan optimistis, jangan selalu pesimistis karena akan membuat hidup kita jadi galau.
Ibarat kalau sekarang ini musim kemarau, buat apa kita selalu galau mengkhawatirkan jangan-jangan rumah kita kebanjiran. Kalaupun mau galau, jangan hanya sekedar galau tanpa usaha nyata, tapi lebih baik kita bikin tanggul atau kita tinggikan lantai rumah kita. Kalaupun musim hujan datang dan ternyata rumah kita masih kebanjiran juga, berarti kita harus putar otak lagi mencari jalan lain. Karena pada hakekatnya orang sabar itu bukan orang yang pasif menyerah pada takdir, tapi orang sabar itu adalah orang yang menghadapi hidup dengan penuh taktik dan strategi, sebagaimana digambarkan dalam surah al-Anfal ayat 66:

“Sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan Dia tahu bahwa padamu ada kelemahan, maka jika ada diantaramu seratus orang yang sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus musuh; dan jika diantaramu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ribu musuh dengan seizin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar”.
Rabu, 11 Maret 2015
BERSYUKUR
Seorang wanita yang baru saja meninggal ternyata merindukan kehidupan
yang baru saja ditinggalkannya. Ia berharap bisa ”mengunjungi” kembali
salah satu hari yang ”tidak penting” yang pernah terjadi dalam hidupnya.
Ketika harapannya dikabulkan, ia menyadari betapa selama ini ia
menjalani hidupnya tanpa rasa syukur, seakan-akan semua itu sudah
selayaknya menjadi miliknya.
Akhirnya kunjungannya itu menjadi beban berat yang tak tertanggungkan olehnya. ”Saya tidak menyadari,” katanya dengan penuh sesal, ”Semua yang terjadi tak pernah kita sadari benar. Selamat tinggal, rumahku. Suami dan putri kesayanganku…. Ibu dan ayah…. Selamat tinggal detak jam dinding dan bunga-bunga yang indah di pekarangan. Dan makanan dan kopi. Dan baju-baju yang baru diseterika dan air mandi hangat …. dan saat-saat tidur dan terjaga. Oh hidup, kau terlalu mengagumkan hingga orang tak menyadari betapa mengagumkannya engkau.”
Itulah salah satu adegan yang cukup menyentuh sanubari dalam sebuah drama karya Thornton Wilder – seorang pengarang Amerika — berjudul Our Town. Wilder nampaknya ingin mengingatkan kita untuk senantiasa menikmati hari dengan penuh rasa syukur. Setiap hari sebetulnya adalah istimewa. Sayang, kita sering tak menyadarinya karena ”mata” kita tertutup.
Nah, situasi seperti ini – yang menjebak – telah diingatkan oleh Allah dalam ayat-ayatnya. Agar kita bisa menyibak setiap hari kita dengan kesyukuran, Allah memerintahkan menggandeng syukur tersebut dengan kesabaran. Allah berfirman : Sesungguhnya di dalam yang demikian itu niscaya menjadi ayat bagi tiap-tiap orang yang sabar lagi bersyukur. (Surat Ibrohim ayat 5, Surat Luqman ayat 31 dan Surat Saba’ ayat 19). Bagaimana cara kita bersabar dalam bersyukur itu?
Dalam hidup ini kita seringkali tak dapat menemukan hal-hal yang patut disyukuri karena kita sering merasa bahwa sesuatu itu sudah semestinya terjadi. Sudah biasa. Kulino. Padahal, segala sesuatu tidak terjadi begitu saja. Semuanya karena rahmat Allah Yang Esa. Mungkin kita tidak merasa mendapatkan hal istimewa pada suatu hari. Tapi, bukankah hari itu kita dan seluruh anggota keluarga sampai di rumah dengan selamat? Bukankah kita masih bisa menikmati makanan yang lezat? Bukankah jantung kita masih terus berdetak, nafas kita pun tak pernah berhenti? Bukankah kita masih dapat melihat, mendengar, berjalan, dan bekerja?
Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS AN-Nahl:18)
Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). (QS Ibrahim: 34)
Hal-hal yang tersebut di atas seringkali kita anggap sebagai sesuatu yang remeh, dan terjadi begitu saja. Given. Padahal, kenyataannya tidak demikian. Coba Anda saksikan acara ”Oprah Winfrey Show” yang disiarkan salah satu televisi swasta, atau acara Tali Kasih yang dipandu Dewi Hughes beberapa waktu yang lalu. Anda akan sadar, bahkan mungkin sambil meneteskan air mata menyaksikan betapa banyaknya orang yang tak dapat menikmati hal-hal yang kita anggap remeh tadi. Menyaksikan acara-acara seperti ini akan membuka mata hati kita akan betapa banyaknya rahmat yang sering kita lupakan dalam hidup ini. Sungguh sangat disayangkan. Simaklah kisah pendek sufi berikut untuk meningkatkan kesyukuran kita.
Pada suatu hari Syaqiq al-Balkhi bertanya kepada Ibrahim bin Adham.
Syaqiq bertanya, ”Bagaimana model kehidupan Anda?”
Ibrahim menjawab, ”Jika kami memperoleh rezeki kami bersyukur, jika tidak maka kami bersabar.”
”Itu sama halnya dengan kebiasaan anjing-anjing di Khurosan,” timpal Syaqiq.
Ibrahim terhenyak dan kemudian bertanya, ”Memangnya bagaimana model kehidupan Anda?”
Syaqiq menjawab, ”Jika kami mendapat rezeki, maka kami dermakan, jika tidak maka kami bersyukur.”
Nah, sabar dalam bersyukur mengajak kita menikmati setiap detik dari kehidupan ini sebagai sesuatu yang indah. Setiap keadaan yang kita jumpai adalah anugerah dari Yang Kuasa. Sebagai belas kasih dan rahmat yang tak terhingga. Sabar dalam bersyukur tidak harus menunggu kabar baik saja untuk memulai dan ingat untuk bersyukur. Tapi dalam keadaan biasa, tanpa kabar baik maupun kabar buruk tetap pol syukurnya. Sebab sabar meniti setiap detik sebagai nikmat yang tidak semua orang menjumpainya. Sabar dalam bersyukur mampu mengubah yang biasa menjadi luar biasa.
Falsafah Jawa mengenal istilah ”Masih untung.” Ini sebuah cara pandang yang sangat spiritual. Paradigma ”Masih untung” ini bukanlah sekadar untuk menghibur dan menyenang-nyenangkan diri. Sikap ini didasari oleh keyakinan mendalam bahwa Tuhan senantiasa melindungi kita. Bahwa rahmat selalu ada di sekitar kita betapa pun kecilnya. Ini akan mengubah penolakan menjadi penerimaan, kekacauan menjadi keteraturan, dan kekeruhan menjadi kejernihan. Lebih dari itu hidup kita akan senantiasa diliputi perasaan penuh. Apapun yang sudah kita miliki menjadi cukup, bahkan berlebih. Itu tak lain adalah sebuah sikap bersyukur. Buah dari kesyukuran ketika kita telah dapat menerapkan sabar dalam bersyukur dalam diri kita. Ketika itu kita akan menemukan arti sesungguhnya dari dalil lain syakartum la-aziidannakum.
Terus, bagaimana memulainya? Caranya gampang. Mulailah mengakhiri setiap kegiatan kita dengan bersyukur. Jika yang ini masih terlupa, susah, maka tuturkanlah sebelum tidur rasa syukur kita. Berapa banyak? Cukup 3 nikmat saja. Dan tiga kesyukuran setiap hari saya kira cukup untuk mengubah cara pandang kita terhadap hidup ini. Insya Allah dengan kiat sederhana ini akan terasa hidup ini begitu indah, penuh rahmat, berkecukupan, dan berkelimpah-ruahan. Inilah pintu menuju sabar dalam bersyukur.
Akhirnya kunjungannya itu menjadi beban berat yang tak tertanggungkan olehnya. ”Saya tidak menyadari,” katanya dengan penuh sesal, ”Semua yang terjadi tak pernah kita sadari benar. Selamat tinggal, rumahku. Suami dan putri kesayanganku…. Ibu dan ayah…. Selamat tinggal detak jam dinding dan bunga-bunga yang indah di pekarangan. Dan makanan dan kopi. Dan baju-baju yang baru diseterika dan air mandi hangat …. dan saat-saat tidur dan terjaga. Oh hidup, kau terlalu mengagumkan hingga orang tak menyadari betapa mengagumkannya engkau.”
Itulah salah satu adegan yang cukup menyentuh sanubari dalam sebuah drama karya Thornton Wilder – seorang pengarang Amerika — berjudul Our Town. Wilder nampaknya ingin mengingatkan kita untuk senantiasa menikmati hari dengan penuh rasa syukur. Setiap hari sebetulnya adalah istimewa. Sayang, kita sering tak menyadarinya karena ”mata” kita tertutup.
Nah, situasi seperti ini – yang menjebak – telah diingatkan oleh Allah dalam ayat-ayatnya. Agar kita bisa menyibak setiap hari kita dengan kesyukuran, Allah memerintahkan menggandeng syukur tersebut dengan kesabaran. Allah berfirman : Sesungguhnya di dalam yang demikian itu niscaya menjadi ayat bagi tiap-tiap orang yang sabar lagi bersyukur. (Surat Ibrohim ayat 5, Surat Luqman ayat 31 dan Surat Saba’ ayat 19). Bagaimana cara kita bersabar dalam bersyukur itu?
Dalam hidup ini kita seringkali tak dapat menemukan hal-hal yang patut disyukuri karena kita sering merasa bahwa sesuatu itu sudah semestinya terjadi. Sudah biasa. Kulino. Padahal, segala sesuatu tidak terjadi begitu saja. Semuanya karena rahmat Allah Yang Esa. Mungkin kita tidak merasa mendapatkan hal istimewa pada suatu hari. Tapi, bukankah hari itu kita dan seluruh anggota keluarga sampai di rumah dengan selamat? Bukankah kita masih bisa menikmati makanan yang lezat? Bukankah jantung kita masih terus berdetak, nafas kita pun tak pernah berhenti? Bukankah kita masih dapat melihat, mendengar, berjalan, dan bekerja?
Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS AN-Nahl:18)
Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). (QS Ibrahim: 34)
Hal-hal yang tersebut di atas seringkali kita anggap sebagai sesuatu yang remeh, dan terjadi begitu saja. Given. Padahal, kenyataannya tidak demikian. Coba Anda saksikan acara ”Oprah Winfrey Show” yang disiarkan salah satu televisi swasta, atau acara Tali Kasih yang dipandu Dewi Hughes beberapa waktu yang lalu. Anda akan sadar, bahkan mungkin sambil meneteskan air mata menyaksikan betapa banyaknya orang yang tak dapat menikmati hal-hal yang kita anggap remeh tadi. Menyaksikan acara-acara seperti ini akan membuka mata hati kita akan betapa banyaknya rahmat yang sering kita lupakan dalam hidup ini. Sungguh sangat disayangkan. Simaklah kisah pendek sufi berikut untuk meningkatkan kesyukuran kita.
Pada suatu hari Syaqiq al-Balkhi bertanya kepada Ibrahim bin Adham.
Syaqiq bertanya, ”Bagaimana model kehidupan Anda?”
Ibrahim menjawab, ”Jika kami memperoleh rezeki kami bersyukur, jika tidak maka kami bersabar.”
”Itu sama halnya dengan kebiasaan anjing-anjing di Khurosan,” timpal Syaqiq.
Ibrahim terhenyak dan kemudian bertanya, ”Memangnya bagaimana model kehidupan Anda?”
Syaqiq menjawab, ”Jika kami mendapat rezeki, maka kami dermakan, jika tidak maka kami bersyukur.”
Nah, sabar dalam bersyukur mengajak kita menikmati setiap detik dari kehidupan ini sebagai sesuatu yang indah. Setiap keadaan yang kita jumpai adalah anugerah dari Yang Kuasa. Sebagai belas kasih dan rahmat yang tak terhingga. Sabar dalam bersyukur tidak harus menunggu kabar baik saja untuk memulai dan ingat untuk bersyukur. Tapi dalam keadaan biasa, tanpa kabar baik maupun kabar buruk tetap pol syukurnya. Sebab sabar meniti setiap detik sebagai nikmat yang tidak semua orang menjumpainya. Sabar dalam bersyukur mampu mengubah yang biasa menjadi luar biasa.
Falsafah Jawa mengenal istilah ”Masih untung.” Ini sebuah cara pandang yang sangat spiritual. Paradigma ”Masih untung” ini bukanlah sekadar untuk menghibur dan menyenang-nyenangkan diri. Sikap ini didasari oleh keyakinan mendalam bahwa Tuhan senantiasa melindungi kita. Bahwa rahmat selalu ada di sekitar kita betapa pun kecilnya. Ini akan mengubah penolakan menjadi penerimaan, kekacauan menjadi keteraturan, dan kekeruhan menjadi kejernihan. Lebih dari itu hidup kita akan senantiasa diliputi perasaan penuh. Apapun yang sudah kita miliki menjadi cukup, bahkan berlebih. Itu tak lain adalah sebuah sikap bersyukur. Buah dari kesyukuran ketika kita telah dapat menerapkan sabar dalam bersyukur dalam diri kita. Ketika itu kita akan menemukan arti sesungguhnya dari dalil lain syakartum la-aziidannakum.
Terus, bagaimana memulainya? Caranya gampang. Mulailah mengakhiri setiap kegiatan kita dengan bersyukur. Jika yang ini masih terlupa, susah, maka tuturkanlah sebelum tidur rasa syukur kita. Berapa banyak? Cukup 3 nikmat saja. Dan tiga kesyukuran setiap hari saya kira cukup untuk mengubah cara pandang kita terhadap hidup ini. Insya Allah dengan kiat sederhana ini akan terasa hidup ini begitu indah, penuh rahmat, berkecukupan, dan berkelimpah-ruahan. Inilah pintu menuju sabar dalam bersyukur.
Langganan:
Postingan (Atom)