Gajah
mati meninggalkan gading untuk perhiasan ratu. Harimau mati
meninggalkan taring untuk asesoris raja. Manusia mati meninggalkan apa?
Gigi? Untuk apa? Ternyata bukan. Kata peribahasa ‘Manusia mati
meninggalkan nama’. Tentu bukan asal nama, tetapi nama besar. Masalahnya
tidak semua orang mampu membuat namanya besar. Seperti Louis Pasteur
yang menemukan teknologi membunuh bakteri, atau seperti Tsai Lun yang
menemukan teknologi membuat kertas, atau seperti Mak Erot yang menemukan
teknologi membesarkan burung.
Heboh 100 Nama Besar Dunia Tahun
1978 dunia heboh dengan terbitnya buku berjudul “The 100: A Ranking of
the Most Influential Persons in History” tulisan Michael H. Hart.
Mengapa heboh? Karena ranking pertama yang paling berpengaruh terhadap
sejarah manusia, menurut Hart, adalah Muhammad. Untuk lengkapnya,
Top-10 adalah (urut ranking): 1) Muhammad, 2) Isaac Newton, 3) Jesus
Christ, 4) Buddha, 5) Confucius, 6) St. Paul, 7) Ts’ai Lun, 8) Johann
Gutenberg, 9) Christopher Columbus, 10) Albert Einstein.
Sedangkan
90 nama berikutnya (urut abjad, untuk memudahkan pencarian): Adam Smith
30, Adolf Hitler 39, Alexander Fleming 43, Alexander Graham Bell 42,
Alexander the Great 33, Antoine Laurent Lavoisier 20, Antony van
Leeuwenhoek 36, Aristotle 13, Asoka 53, Augustus Caesar 18, Charlemagne
97, Charles Darwin 16, Constantine the Great 21, Cyrus the Great 87,
Edward de Vere a.k.a. William Shakespeare 31, Edward Jenner 70, Enrico
Fermi 76, Ernest Rutherford 56, Euclid 14, Francis Bacon 90, Francisco
Pizarro 62, Galileo Galilei 12, Genghis Khan 29, George Washington 26,
Gregor Mendel 58, Gregory Pincus 82, Guglielmo Marconi 38.
Kemudian Henry Ford 91, Hernando Cortes 63, Homer
98, James Clerk Maxwell 24, James Watt 22, Jean-Jacques Rousseau 78,
Johann Sebastian Bach 72, Johannes Kepler 75, John Calvin 57, John
Dalton 32, John F. Kennedy 81, John Locke 44, Joseph Lister 60, Joseph
Stalin 66, Julius Caesar 67, Justinian I 99, Karl Marx 27, Lao Tzu 73,
Lenin 84, Leonhard Euler 77, Louis Daguerre 47, Louis Pasteur 11, Ludwig
van Beethoven 45, Mahavira 100, Mani 83, Mao Zedong 89, Martin Luther
25, Max Planck 59, Mencius 92, Menes 96, Michael Faraday 23,
Michelangelo 50, Mikhail Gorbachev 95, Moses 15, Napoleon Bonaparte 34,
Nicolaus Copernicus 19, Nicoli Machiavelli 79, Nikolaus August Otto 61,
Oliver Cromwell 41, Orville and Wilbur Wright 28, Peter the Great 88,
Plato 40, Pope Urban II 51, Queen Elizabeth I 94, Queen Isabella I 65,
Rene Descartes 49, Shih Huang Ti 17, Sigmund Freud 69, Simon Bolivar 48,
St. Augustine 54, Sui Wen Ti 85, Thomas Edison 35, Thomas Jefferson 64,
Thomas Malthus 80, ‘Umar ibn al-Khattab 52, Vasco da Gama 86, Voltaire
74, Werner Heisenberg 46, Wilhelm Conrad Roentgen 71, William Harvey 55,
William T.G. Morton 37, William the Conqueror 68, Zoroaster 93.
Mengapa
Hart yang non-Muslim menempatkan Muhammad di ranking 1? Karena, menurut
dia, banyak manusia yang punya pengikut yang sangat besar selain
Muhammad. Ada Jesus Christ, ada Buddha, ada Confucius. Tetapi yang mampu
sekaligus menjadi politikus dan panglima militer hanyalah Muhammad the
son of Abdullah. Alloohu Akbar!
Raja Diraja Dunia Menurut
riwayat Islam, raja yang hebat bukanlah Shi Huang Ti (urutan 17) yang
walaupun berumur pendek 40an tahun tapi mampu membangun Tembok Besar
Cina. Bukan pula raja-raja Imperium Romawi (urutan 18, 21, 67) yang pada
zamannya adalah negara super-power. Raja diraja dunia menurut riwayat
Islam adalah Raja Namrud, Raja Buhtan Ashor, Raja Sulaiman, dan Raja
Dzulqornain. Bagi lelaki Muslim yang ingin mengasah naluri
keperwiraan, riwayat Dzulqornain yang di dunia Barat disebut Alexander
The Great (urutan 33) perlu dipelajari untuk dijadikan dongeng pengantar
tidur anak laki-laki. Saat menginjak aqil-balligh, dia belajar filsafat
Aristoteles. Jadi bukan membaca sebangsa komik Crayon Sinchan. Saat
umur 16an, permainannya adalah berburu singa. Jadi bukan bermain
sebangsa gatrik, domino, atau Play Station. Walau umur hanya 32an tahun,
tetapi jejak kebesaran yang ditinggalkannya, wah, Masya Allah.
Dzulqornain
yang arti harafiahnya ‘yang punya 2 tanduk’ adalah julukan seorang raja
muda belia yang berkeliling menaklukkan dunia. Silahkan dikaji
bacaan-makna-keterangan surat Al-Kahfi ayat 83 sampai dengan 98 tentang
kedigjayaannya, tentang perjalanannya ke arah Timur, tentang melihat
matahari yang terbenam di lumpur hitam, tentang teknologi ruaaarrr
.....- biasa di masa itu: melelehkan tembaga-besi untuk memblokir kaum
Yajuj-Majuj yang “dikubur hidup-hidup” diantara 2 gunung!
Terjadilah
kontroversi. Didalam Al-Quran jelas Dzulqornain menyembah Alloh.
Sedangkan menurut sejarah dunia, Alexander The Great sang raja Macedonia
menyembah dewa dan dewi. Di tulisan ini, Dzulqornain adalah ya
Alexander itu. Argumen pertama, ada analogi riwayat dimana Raja Romawi
Heraklius atau di hadits Bukhori disebut Hirokla di amar ma’ruf.
Artinya, ya, Alexander awalnya menyembah berhala, tapi lalu bisa saja
didalam perjalanannya mendapat hidayah, bukan? Argumen kedua, di Quran
disebutkan Dzulqornain berjalan jauuuh ke arah Timur. Di sejarah
disebutkan Alexander menaklukkan kerajaan-kekaisaran di Timur Macedonia,
sampai menyeberang laut membabat-habis Kaisar Darius dari Persia,
hingga ke perbatasan India. Argumen ketiga, diriwayatkan bahwa yang di
Al-Quran disebut Dzulqornain, nama aslinya ternyata adalah Iskandar bin
Failis. Amat sangat mirip alias sama dengan Alexander the son of
Philips, bukan? Namun demikian, umpama saja ketiga argumen di tulisan
ini kelak di kemudian hari ternyata keliru, ya sudah, istirja’ saja.
Maapin.
Passive Rewards Apakah manusia mati
perlu meninggalkan nama besar? Ternyata enggak, tuh. Sabda Nabi: Idzaa
maatal insaanu inqotho’a ‘anhu ‘amaluhuu illaa min tsalaatsin ‘ilmin
yuntafa’u bih, wa waladin shoolih, wa shadaqotin jaariyah – Ketika
manusia mati putuslah semua amalannya kecuali dari 3 perkara: ilmu yang
bermanfaat, anak yang sholih dan shodaqoh jariyah. Berjuanglah untuk
husnul khotimah mati dengan baik dan meninggalkan 3 perkara tadi, supaya
walaupun sudah di alam kubur pahala terus mengalir, passive rewards.
Berjuanglah untuk membela ‘nama baik’ taat agama, taat negara, taat
ortu, taat suami, jangan untuk mendapatkan ‘nama besar’ agar terkenal.
Ingin tersohor justru berbahaya terhadap niat Karena Alloh. Riya (ingin
dilhat), sum’ah (ingin didengar). Ingat ahli perang yang ingin disebut
jagoan? Ingat ahli sodaqoh yang ingin disebut dermawan? Ingat ahli ilmu
yang ingin disebut orang pandai? BLUNG! Semuanya masuk neraka.
Meninggalkan vs Membawa Di
Surat Al-Baqoroh disebutkan 4 tahap yang dialami manusia, yaitu amwaat –
mati sebagai air mani, lalu ahyaa – hidup seperti saat ini, lalu yumiit
– dimatikan yang dapat terjadi setiap saat, dan terakhir yuhyii –
dihidupkan kembali untuk menghadap Alloh. Nah, berdasarkan hal-hal
diatas, yang penting ternyata bukan Checkout dari dunia meninggalkan
apa, melainkan Checkin masuk ke alam kubur membawa apa.
Tidak ada
perintah agama bahwa manusia harus terkenal. Bahkan sebaliknya,
tetaplah humble – merendahkan diri. Tidak boleh ada kultus individu.
Tasbih-tahmid-takbir-tahlil hanya kepada Alloh dan sholawat hanya kepada
Rosulullah. Tidak ada di hati sanubari penyaksian kebesaran manusia
lain selain penyaksian kebesaran dua kalimah syahadat yang sehari 10
kali diucapkan. Dengan cara itulah agama Islam dapat terus dimurnikan.
Indah sekali, bukan?
Atas qodar Alloh, ternyata banyak yang
memiliki nama besar. Tetapi untuk apa nama besar kedarahbiruan,
keningratan, kesarjanaan, keproffesoran, kejenderalan, kekonglomeratan,
keartisan, keaktoran, keselebritian, kepemudaan, ketokohan,
keterkenalan, ketersohoran, kepangkatan, kedudukan, termasuk
kemahasiswaan, dll, dll, kalau tidak digunakan untuk dakwah? Untuk apa
nama besar kalau tidak dipakai untuk menolong agama Alloh? Kata Nabi
Isa: “Man anshorii ilalloohi? – Siapakah yang bersedia menolong Alloh?
Kanggo naon - untuk apa? Fa aina tadzhabuun? Hendak kemana engkau pergi?
|
|
|